Equipment APP.
back to top
Saturday, December 7, 2024
More
    HomeBusinessAliran cuan ke industri alat berat dibayangi resesi global di tahun kelinci...

    Aliran cuan ke industri alat berat dibayangi resesi global di tahun kelinci air

    Tahun Baru Imlek yang tahun ini jatuh pada Minggu, 22 Januari  selalu punya makna khusus bagi etnis Tionghoa. Tidak hanya doa dan harapan yang dicari, tapi juga hoki. Ini tergambarkan dari ucapan “Gong Xi Fa Cai” yang disampaikan kepada yang merayakan Imlek.

    Jelang tutup tahun 2022, INTA melakukan penandatanganan distribution agreement dengan Sinotruk International untuk periode 2022-2024. Foto: Sinotruk

    Jika ditelusuri, ucapan “Gong Xi Fa Cai” diambil dari kata “Gong Xi” yang berarti “berharap atau berkah”. Kata “Fa” berarti “memperbesar”, dan kata “Cai” artinya “kekayaan”. Tidak heran kalau Imlek biasanya dijadikan momentum untuk membuat strategi cara cuan yang “cengli” (lurus hati/jujur).

    Namun, terlepas dari ucapan doa dan semangat kemakmuran, ada saja rasa cemas dan kekhawatiran yang melanda siapa saja di awal tahun yang baru ini. Sejumlah pertanyaan pun bisa muncul. Misalnya, apakah bisnis akan hoki pada tahun 2023? Apakah para pelanggan akan tetap setia di tahun kelinci air ini? Apakah perusahaan akan mendapatkan pelanggan-pelanggan baru kendati bayangan resesi mengancam perekonomian global?

    Jawabanny adalah “Ya,… Bisa”. Optimisme (cara pandang positif) dan semangat berpengharapan untuk memulai sesuatu akan selalu menjadi roh (ruh) penggerak dari dalam diri seseorang untuk terus bertumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik. Dalam hal tantangan, ancaman resesi mesti dilihat dalam cahaya optimis sebagai suatu peluang baru untuk terus berkreasi dan berinovasi.

    Cara pandang positif dan semangat berpengharapan ini sudah tertanam dan dimiliki oleh perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan penyewaan alat berat, PT Intraco Penta Tbk (INTA). Kendati dibayangi resesi global, INTA optimistis kinerja tahun 2023 tetap bertumbuh dan berkembang.

    INTA optimistis akan mencapai pertumbuhan kinerja yang baik pada tahun 2023, kendati bayangan resesi mengancam perekonomian global,” ungkap Petrus Halim, Direktur Utama INTA, dalam paparan publik tahunan yang dilakukan secara daring di Jakarta, dikutip Senin (9/1).

    Petrus mengatakan, tahun 2023 tren penjualan alat berat diproyeksi akan meningkat, khususnya untuk pertambangan, perkebunan, dan proyek infrastruktur. Untuk itu, Perseroan akan memacu dan mendorong kinerja penjualan pada lini alat berat.

    “Kami memandang tahun 2023 masih akan prospektif kendati ada bayangan resesi global. Selain mendorong kinerja pada lini utama kami alat berat, tentunya kami juga akan mengoptimalkan kinerja lini bisnis lainnya agar sinergi dan keberlanjutan bisnis tetap terjaga,” katanya.

    Pada 2022, jelas Petrus, Perseroan berhasil melakukan restrukturisasi pinjaman dengan PT Bank Mandiri Tbk, dalam rangka penyelesaian fasilitas kredit Perseroan dan anak usahanya. Adapun Anak usaha Perseroan yang terlibat antara lain adalah PT Intraco Penta Wahana (IPW), PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), dan PT Columbia Chrome Indonesia (CCI). “Hal ini sebagai salah satu strategi guna menjaga kinerja Perseroan secara keseluruhan,” terangnya.

    Baca Juga :  Terobosan baru LiuGong di pasar Indonesia

    Petrus mengemukakan, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah strategi guna mengoptimalkan pertumbuhan kinerja Perseroan tahun ini. Strategi itu, antara lain memaksimalkan usaha perdagangan alat berat dan mendorong penjualan suku cadang dengan jaringan distribusi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

    Selaras dengan hal tersebut, Petrus meyakini dengan adanya rencana PT Intan Baru Prana Tbk (IBP, d/h PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) yang akan mengubah lini bisnisnya dari perusahaan pembiayaan menjadi distributor alat pengangkut komersial yang melayani penjualan dan memberikan layanan purna jual truk dan kendaraan komersial merek TATA untuk wilayah Kalimantan Timur (Kaltim), maka akan semakin dapat mendorong kinerja Perseroan.

    “Jika nantinya seluruh rencana berjalan dengan baik, dengan restu pemegang saham, kami berharap kompetensi bisnis Grup INTA akan semakin kokoh menjadi penyedia alat berat yang terlengkap dan terbaik di Tanah Air setelah IBFN masuk sebagai distributor alat pengangkut komersial,” ujar Petrus berharap.

    Ia menegaskan, ke depan INTA terus berupaya memperbaiki kondisi kelangsungan usaha. Pada triwulan IV 2022, INTA mendapatkan restrukturisasi fasilitas kredit di PT Bank Mandiri Tbk. Perseroan mendapatkan fasilitas baru dari PT Bank Mandiri Tbk berupa L/C atau SKBDN untuk entitas anak IPW.

    Jelang tutup tahun 2022 lalu, Perseroan melakukan penandatanganan distribution agreement dengan Sinotruk International untuk periode 2022-2024. Entitas anak Perseroan, yaitu IBP juga melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama penunjukan sub dealer dengan PT Pratama Wana Motors (PWM).

    Untuk triwulan I 2023, menurut Petrus, INTA akan fokus pada sektor industri batubara dan nikel. Perseroan akan memperkuat penguasaan pasar di wilayah yang menjadi pusat sektor batubara dan nikel, yaitu di wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Perseroan juga akan memperkuat after sales business. “Perseroan berkolaborasi dengan Sinotruk International dalam mengembangkan bisnis dan facility remanufacturing milik INTA di Balikpapan,” katanya.

    Agenda di triwulan II 2023, Perseroan fokus menjadi mitra strategis principal dalam meningkatkan after sales quality, memperkuat business after market seperti produk Undercarriage dan Tire. Adapun pada triwulan III  dan IV 2023, Perseroan akan meningkatkan Brand Awareness dengan berpartisipasi dalam Mining Expo 2023 dan melakukan Customer Intimacy Program, yaitu Customer Gathering Road Show.

    Hingga September 2022, perusahaan penyedia alat berat, alat konstruksi dan pendukung, fabrikasi dan infrastruktur, dan pembangkit listrik itu mencatat kenaikan pendapatan sebesar 12,01% menjadi Rp 497,16 miliar dibandingkan sebesar Rp 443,78 miliar periode yang sama tahun 2021.

    Baca Juga :  JOHN DEERE KEEP CLEAN®, SOLUSI UNTUK ENGINE DIESEL ANDA

    Selama periode Januari-September 2022, INTA membukukan total aset sebesar Rp 2,38 triliun, turun 2,4 % dibandingkan total aset pada tahun 2021 sebesar Rp 2,44 triliun. INTA juga masih mencatat rugi bersih komprehensif sampai kuartal III/2022 sebesar Rp 99,56 miliar.

    Petrus memproyeksikan, Perseroan masih akan mencatatkan kerugian bersih mengingat adanya beban bunga yang cukup tinggi. Namun, besarnya kerugian bersih diestimasikan akan menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan perbaikan performance bagi INTA.

     

    Optimis penjualan alat berat naik

    Untuk membantu menciptakan ekosistem ramah lingkungan dan mengedepankan keberlanjutan, PT United Tractors Tbk dan Komatsu secara resmi meluncurkan produk excavator hybrid terbarunya, sekaligus yang pertama di Indonesia untuk kelas 30 ton, yaitu Komatsu HB365-1. Foto: UT

    Sama seperti INTA, PT United Tractors Tbk (UNTR) juga optimistis menapaki tahun 2023. Ini seiring dengan masih solidnya harga batubara. Perseroan menargetkan volume produksi batubara sekitar 123 juta ton hingga 125 juta ton pada 2023, dari proyeksi sebanyak 117 juta ton pada 2022. Volume penjualan batubara UNTR pada 2023 ditargetkan tumbuh menjadi 9,5 juta ton hingga 10 juta ton dari proyeksi tahun 2022 sebanyak 9 juta ton.

    Tidak cuma itu. Manajemen UNTR juga optimistis penjualan alat berat tetap tinggi di  tahun 2023, yaitu sebanyak 5.750 unit. Target ini naik 4,6% dibandingkan proyeksi penjualan tahun 2022 sebanyak 5.500 unit.

    Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR, mengemukakan hingga November 2022, penjualan alat berat Perseroan mencapai 5.457 unit. Pencapaian tersebut tumbuh 84,98% dibandingkan dengan periode Januari hingga November 2021 sebanyak 2.950 unit.

    Penjualan Komatsu pada November 2022 berjumlah 370 unit, turun dari realisasi penjualan Oktober 2022 yang mencapai 553 unit. Seperti bulan-bulan sebelumnya, penjualan ke sektor pertambangan di November 2022 masih mendominasi dengan kontribusi sebesar 63%. Kemudian disusul sektor konstruksi 23%, agrobisnis 10%, dan kehutanan 4%.

    Secara kumulatif Januari hingga November 2022, penjualan ke sektor pertambangan mencapai 61%, konstruksi 19%, agrobisnis 9%, dan kehutanan 11%. Adapun pangsa pasar Komatsu secata year to date per November berada di angka 28%.

    Dari segmen kontraktor batubara, UNTR melalui PT Pamapersada Nusantara (PAMA) telah memproduksi 105,2 juta ton sepanjang periode 11 bulan 2022. Realisasi tersebut lebih rendah daripada produksi Januari hingga November 2021 yang mencapai 107,3 juta ton.

    Penjualan batubara UNTR melalui PT Tuah Turangga Agung (TTA) pada November 2022 mencapai 645.000 ton, turun dari Oktober 2022 sejumlah 733.000 ton. Sepanjang 2022 sampai November, akumulasi penjualan batubara UNTR mencapai 9,15 juta ton atau naik daripada periode yang sama tahun 2021 sebesar 8,48 juta ton.

    Untuk komoditas emas, melalui PT Agincourt Resources, UNTR menjual 24.000 ons emas selama November 2022. Volume ini masih sama dibandingkan dengan Oktober 2022. Sepanjang Januari hingga November 2022, total penjualan emas mencapai 263.492 GEOs, lebih rendah dari tahun 2021 307.327 GEOs.

    HEXA Berpotensi lebih baik

    Wheel loader Hitachi ZW 370 untuk aplikasi heavy duty di sektor pertambangan batubara. Foto: EI

    Bagaimana dengan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA)? “HEXA optimistis prospek bisnis periode April 2022 hingga Maret 2023 (tahun fiskal 2022) berpotensi lebih baik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya,” ujar Dwi Sasono, Direktur HEXA dalam acara public expose, dikutip Senin (9/1).

    Optimisme tersebut mendorong manajemen HEXA membidik angka penjualan sebesar US$ 531,9 juta untuk periode April 2022 – Maret 2023. Angka proyeksi penjualan HEXA untuk periode April 2022 – Maret 2023 lebih tinggi sekitar 15% jika dibanding realisasi penjualan pada periode April 2021 – Maret 2022 sebesar US$ 463,3 juta.

    Manajemen emiten di bidang perdagangan alat-alat berat dan pelayanan purna jual dengan merek utama Hitachi ini optimistis, tingginya harga komoditas tambang, khususnya batubara, dapat mendorong permintaan alat berat tahun ini.

    Manajemen KOBX juga optimis bahwa prospek bisnis alat berat terus naik. Di tengah bayangan suram resesi ekonomi global, KOBX berupaya memaksimalkan peluang untuk pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

    Prospek bisnis alat berat yang tengah naik hingga akhir tahun 2022 bukan tanpa alasan. Kenaikan harga batubara global yang signifikan membuat kebutuhan alat berat pertambangan juga naik. Hingga saat ini, penjualan alat berat khusus pertambangan yang dijual KOBX adalah excavator, rigid dump truck, serta wheel loader.

    Meski bisnis alat berat dibayangi kirisis ekonomi, KOBX ke depan tidak hanya menyediakan produk alat berat untuk memenuhi kebutuhan tambang, tapi juga alat berat untuk sektor industrial dan kontruksi. Hal ini penting supaya pelanggan bisa memenuhi kebutuhannya secara efisien bersama KOBX.

    Martio, Wakil Direktur Utama KOBX, belum lama ini mengemukakan, tren naiknya prospek bisnis ini akan terus berlanjut. KOBX telah merasakan tren kenaikan bisnis ini sejak pertengahan tahun 2021. Karena itu, KOBX sebagai perusahaan yang bergerak di segmen ini, berusaha untuk memanfaatkan momen tersebut.

    Selain menyediakan layanan pembelian alat berat, KOBX juga memberikan inovasi dalam pengembangan bisnis alat berat berupa penyediaan jasa kontraktor batubara dan jasa persewaan alat berat. (EI)

    RELATED ARTICLES

    Most Popular

    Recent Comments