Equipment APP.
back to top
Thursday, April 24, 2025
spot_img
More
    HomeSponsored ContentKrisis Ketersediaan Excavator di Tengah Pandemi

    Krisis Ketersediaan Excavator di Tengah Pandemi

    Ketersediaan excavator kelas 20 – 30 ton semakin terbatas karena gangguan rantai pasok dan kendala pengiriman dari kalangan pabrikan selama pandemi Covid-19.

    Kalau Anda berencana untuk investasi alat baru kelas 20 ton saat ini, mungkin Anda harus menunggu sedikit lebih lama karena ketersediaannya amat terbatas. Daftar antreannya cukup panjang. Kondisi ini terjadi pada hampir semua merek dan/atau distributor. Kalau pun ada dealer yang memiliki stok, jumlahnya dipastikan tidak banyak, dan calon pembelinya pun kemungkinan besar sudah menunggu di depan gerbang.

    Hampir semua distributor mengalami krisis ketersediaan excavator medium size (20 – 30 ton) sejak akhir tahun lalu. Bahkan, beberapa distributor stoknya benar-benar ludes dan lead time pengirimannya lama, seperti diungkapkan Iman Sumantri, Direktur Penjualan & Pemasaran PT. United Equipment Indonesia (UniQuip) kepada Majalah Equipment Indonesia baru-baru ini.

    Pengiriman alat dari pabrik Hyundai tersendat sejak tahun lalu dan waktu tunggunya makin lama karena adanya gangguan dalam proses produksi selama masa pandemi ini. “Lead time dari pabrik Hyundai sekarang ini mundur menjadi 4-5 bulan dari yang biasanya hanya maksimal 3 bulan. Ini disebabkan karena saat New Normal tahun ini permintaan alat berat dunia melonjak cukup tinggi di luar forecast pabrik,” ujarnya.

    Iman menjelaskan bahwa pada masa New Normal tahun ini permintaan excavator Hyundai melonjak di pasar global, termasuk di Indonesia tetapi pabrik dan vendor-vendornya kurang siap karena semuanya terimbas oleh pandemi Covid-19.

    Dia mencontohkan ketidaksiapan para vendor untuk menyuplai major components secara tepat waktu yang berkontribusi terhadap lead time yang makin lama. Akibatnya, pengiriman alat semakin mundur. “Penjualan kuartal 1 diambil dari orderan pada bulan November dan Desember tahun 2020. Itupun dikirim secara terbatas,” ungkapnya sembari menambahkan bahwa permintaan Hyundai belakangan ini makin naik, sekitar 20% dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu.

    Sany Perkasa yang terbilang pemain pasar yang paling agresif di segmen excavator medium size dalam beberapa tahun belakangan dengan produknya Sany Excavator merasakan pukulan pandemi tersebut. Populasi Sany Excavator mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, performa perusahaan ini tidak bisa luput dari hempasan pandemi Covid-19. Pasokan barang-barangnya sempat terganggu oleh wabah tersebut. Sejak akhir akhir tahun lalu ketersediaan unit-unitnya terbatas, sebagaimana disampaikan Hery Yudianto, Chief Marketing Officer (CMO) PT Sany Perkasa.

    “Secara stock dari pabrikan untuk alokasi pasar Indonesia sebetulnya cukup sesuai dengan sales plan kami, namun ada kendala di shipment (vessel availability) sejak Desember tahun 2020 yang menyebabkan stock on hand kami di Jakarta sangat terbatas, sementara turn over terbilang tinggi,” ia menjelaskan duduk masalah.

    Baca Juga :  KMBI: SOLUSI INOVATIF UNTUK PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA, DIDUKUNG OLEH TEKNOLOGI XCMG

    Namun, Hery memastikan bulan April ini ketersediaan unit-unit Sany sudah berangsur pulih dan diperkirakan akan benar-benar normal pada kuartal kedua tahun ini.

    Pemain China lainnya yang kerepotan menghadapi pandemi Covid-19 adalah LiuGong. Daniel Prayoga, Country Manager PT. LiuGong Machinery Indonesia, mengakui LiuGong sempat mengalami kesulitan stok excavator kelas 20 ton selama kuartal pertama tahun ini karena karena high demand dan perayaan Chinese New Year. Tetapi kondisinya belakangan ini mulai membaik. “Per sekarang ini kondisinya sudah berangsur-angsur pulih dan kembali normal. Untuk suplai sudah aman. Mudah-mudahan sudah bisa mengimbangi permintaan,” ungkapnya.  

    Ryan Paskah dari PT. Sumitomo Construction Machinery Southeast Asia, produsen excavator Sumitomo, mengakui hingga kuartal pertama tahun ini proses produksi masih aman. Kapasitas produksi maksimal untuk excavator kelas medium.

    Ia mengatakan pabrikan ini memang fokus memproduksi excavator Sumitomo kelas medium dan pasokannya sampai saat ini masih bisa ditangani dengan baik. Produsen ini, lanjutnya, belum maksimal menggarap excavator kelas mini dan besar. “Kita memang fokusnya di kelas medium. Kami berharap tiga bulan hingga akhir tahun (pasokan, Red) di kelas medium masih bisa ter-handel dengan baik,” ujarnya. Mesin-mesin Sumitomo di Indonesia didistribusikan oleh PT. Oscarmas.

    Cerita yang sedikit berbeda datang dari PT. Indotruck Utama. Perusahaan yang mengageni brand Volvo Construction Equipment (Volvo CE) ini menyatakan sejauh ini mampu mempertahankan market share +4% untuk excavator kelas 20 – 40 Ton, sebagaimana diutarakan Vincent Santoso, Sales & Marketing Director PT. Indotruck Utama. “Untuk excavator kelas 20 – 40 Ton, terjadi lonjakan market share hampir dua kali lipat, dan ini menggeser posisi beberapa brand lain,” ujarnya.

    Vincent menjelaskan, sesuai data pasar yang dimilikinya, pasar Compact Excavator dan Excavator 20 Ton selama bulan Januari hingga Februari tahun ini berkisar 88% hingga 91%.

    Ia menambahkan bahwa kondisi pandemi ini menguntungkan bagi Indotruck Utama karena Volvo belum menjadi pemain yang agresif di segmen pasar excavator medium size. “Volvo belum menjadi pemain yang agresif, dan saat ini kami baru memulai untuk lebih agresif lagi ke arah itu. Dan stok unit kami mencukupi untuk dua bulan ke depan.”

    Baca Juga :  JOHN DEERE KEEP CLEAN®, SOLUSI UNTUK BIODIESEL ANDA

    Gaya Makmur Tractors lebih siap menghadapi tekanan pandemi Covid-19. Meski krisis kesehatan global ini belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan, ketesediaan stok excavator perusahaan ini aman sejak awal tahun 2021 ini. Melalui anak perusahaannya, PT. Gaya Makmur Putra, GMTractors merupakan agen resmi excavator XCMG di Indonesia sejak 16 tahun lalu.

    “Ketika banyak distributor dan dealer mengalami krisis ketersediaan excavator, awal Maret 2021, XCMG Indonesia justru mendatangkan ratusan unit excavator baru dengan di kelas 20-30 ton untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor di tanah air seperti infrastruktur, perkebunan maupun pertambangan,” kata Fahrudin, Marketing Communications Manager GMTractors kepada majalah Equipment Indonesia.

    Ketersediaan unit-unit itu, lanjutnya, memastikan XCMG siap memasok excavator kapanpun dan di mana pun para pelanggan di Indonesia memerlukannya. “Di tengah kondisi pandemi Covid-19 dimana pengiriman alat berat dari banyak pabrikan mengalami keterlambatan, XCMG justru telah siap untuk mengisi kebutuhan pasar Indonesia,” ungkapnya dengan sedikit berpromosi.

    Dampak jangka panjang

    Faktor-faktor apa saja yang memicu krisis ketersediaan excavator medium size itu? Apakah karena makin banyak proyek yang dikerjakan sehingga memicu terjadinya peningkatan permintaan ataukah karena faktor lain? Tentu tidak bisa ditampik bahwa semenjak akhir tahun 2020 sudah mulai terjadi koreksi permintaan. Namun, menurut beberapa analis pasar, kenaikannya belum signifikan. Tren pergerakan permintaan alat berat saat ini masih cenderung flat (datar), terutama di sektor konstruksi.

    Ivan Lie, Division Head Rental & Used Equipment PT Trakindo Utama, mengatakan bahwa sektor yang paling terkena dampak pandemi Covid-19 adalah konstruksi dan infrastruktur. Itu karena pemerintah memangkas budget infrastruktur tahun lalu. Sementara pengaruhnya ke sektor-sektor bisnis yang lain seperti pertambangan, forestry dan agrikultur kurang signifikan.

    “Sektor bisnis yang paling merasakan dampak pandemi Covid-19 adalah konstruksi dan infrastruktur karena pemerintah memangkas budget untuk belanja infrastruktur tahun lalu dan dialihkan untuk penanggulangan pandemi COVID-19.  Pemerintah hanya meneruskan pembangunan proyek-proyek penting saja, selebihnya distop seperti pembangunan gedung-gedung perkantoran dan tempat tinggal,” kata Ivan kepada Equipment Indonesia beberapa waktu lalu.

    Krisis ketersediaan excavator kelas 20 – 30 Ton di pasar Indonesia belakangan ini merupakan dampak jangka panjang dari pandemi Covid-19 terhadap industri alat berat. Saat wabah itu pecah jelang akhir 2019 di China dan sekitar Maret 2020 di Indonesia terjadi kemandekan rantai pasok di berbagai industri, termasuk di industri alat berat. Di awal pandemi itu, kita semua harus  tinggal di rumah, dan bekerja dari rumah. Sebagian besar perusahaan menghentikan proyek-proyek konstruksi yang sedang berlangsung. Hanya proyek-proyek penting yang dilanjutkan pengerjaannya tetapi dengan protokol kesehatan yang ketat, termasuk mengurangi secara signifikan jumlah pekerja di lapangan.

    Baca Juga :  GAJAH UTAMA INTERNASIONAL, AUTHORIZED DEALER DUMP TRUCK SANY

    Kebijakan penguncian (lockdown) yang diterapkan di berbagai negara atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia tidak hanya membatasi aktivitas-aktivitas keseharian kita, tetapi juga mengganggu rantai pasok industri alat berat, mengurangi tingkat produktivitas industri manufaktur dan menghambat delivery unit-unit kepada para distributor. Komplikasi persoalan-persoalan inilah yang memicu terjadinya krisis excavator medium size seperti yang sedang kita alami saat ini.

    Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (HINABI), Jamalludin, menjelaskan dampak pandemi ini terhadap industri manufaktur alat berat nasional. Berbicara dalam webinar Equipment Executive Talk yang diselenggarakan Majalah Equipment Indonesia beberapa waktu lalu, ia mengakui produksi alat berat dalam negeri merosot tajam, dan sulit memprediksikan sampai kapan produksinya akan naik. “Memang krisis terparah itu adalah saat ini. Kita susah memprediksi karena pandemi ini menyangkut nyawa, sehingga orang mau keluar saja takut dan sebagainya,” ujarnya.

    Dia mencontohkan, meski sudah ada permintaan alat berat baru, tetapi produsen alat berat dalam negeri masih mengalami kesulitan dari sisi pasokan material dan tenaga kerja.  Pihaknya masih kesulitan merekrut tenaga kerja baru, sementara para pemasok belum siap karena mereka juga masih terimbas pandemi Covid-19.

    HINABI sempat memprediksikan kebutuhan alat hingga kuartal pertama tahun ini akan tetap rendah. Namun, faktanya, permintaan alat konstruksi mulai naik awal tahun ini, meski kalangan pabrikan maupun distributor masih kesulitan memenuhinya secara tepat waktu karena masalah rantai pasok dan kendala pengiriman. Permintaan paling banyak, kalau merujuk pada tren belanja alat berat pemerintah pada tahun 2021 ini, menurut Jamaluddin, adalah 60% untuk medium hydraulic excavator (mayoritas kelas 20 ton) – produk favorit di kalangan pemain alat berat karena aplikasinya yang multifungsi dan lintas sektoral. Selain digunakan di sektor konstruksi, unit ini banyak digunakan di usaha pertanian/perkebunan dan forestry, serta dapat menjadi alat pendukung di pertambangan. EI

     

    RELATED ARTICLES

    Most Popular

    Recent Comments