Awal tahun merupakan kesempatan yang tepat untuk meneropong pasar alat berat Indonesia sepanjang 2023 ini. Banyak pemain barang-barang modal itu, khususnya dealer dan rental, bertanya-tanya mengenai prospek bisnis tahun ini. Apakah penjualannya ramai seperti tahun 2022? Apakah industri pertambangan tetap menggiurkan? Selain pertambangan, industri-industri apalagi yang menjanjikan untuk bisnis alat berat tahun ini? Rentetan pertanyaan-pertanyaan itu tidak mudah untuk dijawab karena kondisi perekonomian nasional maupun global yang mudah bergejolak.
Menarik untuk dicermati ulasan Chris Sleight, Direktur Off-Highway Research, mengenai prospek bisnis alat berat tahun ini. Ia menyoroti dalam konteks pasar global. Dalam catatan Off-Highway Research, puncak penjualan alat berat global terjadi pada 2021, dan melandai pada tahun berikutnya karena permintaan alat di China saat itu menurun. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlanjut pada 2023, sebagai dampak dari inflasi tinggi dan naiknya suku bunga, serta konflik berkepanjangan di beberapa belahan dunia.
Saat pandemi Covid-19 merebak pada pertengahan 2020, penjualan alat berat melandai. Namun, kondisinya berbalik arah secara tajam dan mencatatkan rekor baru sepanjang 2021 di hampir semua pasar utama dunia, kecuali China. Lembaga ini mencatat pasar alat berat tumbuh 11 persen pada tahun 2021, dan mencatatkan rekor penjualan sebanyak 1,18 juta unit atau bertambah sebanyak 125.000 unit mesin dari tahun sebelumnya.
Apa yang memicu pertumbuhan itu? Off-Highway Research mencatat tiga faktor yang mendorong pertumbuhan bisnis alat berat pada 2021. Pertama, tingkat suku bunga sangat rendah sejak awal pandemi menjadi pendorong positif bagi pasar pembangunan perumahan (real estate). Kedua, berbagai paket stimulus dan investasi dari pemerintah pada infrastruktur di seluruh dunia. Program-program pemerintah ini turut melahirkan kepercayaan para investor investasi peralatan baru.
Ketiga, kenaikan harga komoditas sejak akhir 2020 dan semakin melonjak sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2021. Harga komoditas yang sangat tinggi memungkinkan negara-negara kaya komoditas untuk investasi peralatan berat secara besar-besaran untuk meningkatkan produksi.
Sayangnya, demand alat berat yang tinggi itu terbentur oleh problem rantai pasok yang mendera berbagai industri. Semuanya kena imbas pandemi. Pasokan berbagai komponen dan suku cadang terganggu. Proses pengiriman barang-barang menjadi lama karena terbatasnya jumlah dan kapasitas kapal laut yang begerak lintas negara. Untuk mendapatkan mesin-mesin baru, para customer harus inden. Daftar tunggunya panjang, sehingga diperlukan waktu yang lama untuk mendapatkan produk yang dipesan. Kondisi ini masih terjadi hingga saat ini.
Bagaimana proyeksi penjualan alat berat pada tahun 2023 ini? Off-Highway Research melaporkan bahwa saat pemerintah China melancarkan program stimulus pada tahun 2020–2021, para produsen mengeluarkan banyak sekali alat baru. Akibatnya, populasi mesin-mesin baru melimpah di pasar China hingga saat ini. Hal ini membuat mereka belum bisa membuat produk-produk baru. Sementara di belahan dunia lain, 2022 merupakan tahun terakhir dari program stimulus sehingga penjualan alat berat tahun ini diperkirakan akan merosot. Kondisi ini diperburuk oleh masalah inflasi tinggi dan suku bunga yang terus meningkat.
Meski demikian, Off-Highway Research yakin masih ada secercah harapan untuk bisa melakukan soft landing. Seiring waktu, para produsen terus menyelesaikan berbagai masalah yang mendera industri ini, termasuk problem rantai pasok dan pengapalan (pengiriman). Upaya-upaya ini memungkinkan waktu produksi dan pengiriman makin cepat.
Khabar baik lainnya adalah investasi infrastruktur di sejumlah pasar utama yang masih cukup kuat. Kondisi ini akan sangat membantu menjaga stabilitas penjualan alat berat. Khusus di Indonesia, selain investasi infrastruktur, ramainya aktivitas tambang mineral, terutama nikel, dan harga komoditas batu bara yang tetap menarik membuat kebutuhan alat berat dan alat konstruksi masih tinggi. Namun, tetap diperlukan kehati-hatian dalam menghadapi situasi yang sulit diprediksi. Jika perang Rusia – Ukraina berakhir dan pasokan bahan bakar ke Eropa kembali lancar, misalnya, kondisi itu dapat menyebabkan turunnya harga batu bara di Indonesia. Off-Highway Research mengingatkan, perubahan ekonomi yang begitu cepat dan faktor geopolitik global sangat mempengaruhi pertumbuhan penjualan alat berat pada 2023 ini.