SANY mulai memperkenalkan beberapa model alat berat bertenaga listrik di pasar Indonesia. Aplikasi-aplikasi apa saja yang paling menguntungkan untuk mesin-mesin tanpa emisi ini?
Equipment Indonesia, Jakarta – SANY, salah satu produsen alat berat terkemuka asal China, mulai memperkenalkan beberapa alat berat bertenaga listrik ke pasar Indonesia. Dikemas dalam acara bertajuk SANY Festival di area pabriknya yang terletak di daerah Karawang, Jawa Barat pada Rabu 19 Februari 2025, perusahaan itu menampilkan beragam produk bertenaga listrik yang terdiri dari excavator, wheel loader serta truk. Acara itu dihadiri oleh pelanggan-pelanggan penting SANY yang bergerak di berbagai industri dan mitra-mitra bisnis lainnya.

Chief Marketing Officer (CMO) PT Sany Perkasa, Hery Yudianto, mengatakan bahwa alat-alat tanpa emisi yang dipamerkan pada acara ini baru sebagian kecil dari mesin-mesin bertenaga listrik yang sudah dikembangkan oleh SANY. “SANY sudah memasukkan beberapa model dan sedang diuji coba di beberapa lokasi kerja pelanggan. Kami melihat bagaimana respons pasar terhadap produk-produk ini sebelum kami memperkenalkan lebih banyak model lagi,” ungkapnya saat berbicara dengan Majalah Equipment Indonesia tiga hari setelah acara itu, Jumat 21 Februari 2025. Pria yang akrab disapa Hery ini menjelaskan mengenai prospek peralatan berat listrik di Indonesia didampingi oleh Branch Manager Makassar PT Sany Perkasa, Deni Supriadi.
Hery mengatakan alat-alat berat elektrik SANY yang sudah beredar di pasar Indonesia terdiri dari excavator kelas 21 ton dan wheel loader. Namun, setelah masa Lebaran tahun ini, perusahaan itu mulai menyiapkan unit-unit excavator yang lebih kecil di bawah 10 dan 13 ton untuk memenuhi permintaan di sektor forestry yaitu kelas 7,5 ton. Ini untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas para pelaku industri forestry. Selanjutnya, mulai pertengahan tahun nanti, SANY akan memasarkan unit-unit excavator yang lebih, yakni kelas 300 ton.
Dalam acara SANY Festival yang berlangsung selama sehari itu, SANY menampilkan beragam produk elektrik yang didisain khusus untuk pasar Indonesia. “SANY Festival ini sebetulnya acara yang memang didedikasikan untuk pasar alat berat di Indonesia. SANY memperkenalkan produk-produk seperti excavator, wheel loader dan truk yang menggunakan tenaga listrik dan tenaga baterai. Ini untuk pertama kalinya event ini diluncurkan secara resmi di pasar Indonesia,” terangnya.
Kehadiran alat-alat berat listrik SANY di pasar Indonesia adalah wujud komitmen pabrikan itu dalam mendukung program energi hijau dan pembangunan yang ramah lingkungan, serta meningkatkan produktivitas para pelanggannya. Sebab mesin-mesin elektrik ini menjamin efisiensi energy yang sangat tinggi dibanding mesin-mesin konvensional berbasis bahan bakar fosil.
Adapun unit-unit excavator listrik yang ditampilkan SANY pada acara ini terdiri dari SY95 EP, SY135EP, SY215 EP, SY215 E, dan SY375 EP dan SY375E, Wheel loader SW956E (Bucket 3,5 kubik) serta EV650 (Electric Semi-Trailer Tractor). Alat yang terakhir ini adalah excavator elektrik SANY di kelas paling besar yang ada di Indonesia saat ini. Unit ini dapat dimasukkan ke dalam kelas 40 ton dengan kapasitas bucket 2,3 kubik. Selain itu, SANY juga menampilkan excavator kecil, SY 95 EP.
Hery menambahkan, peralatan bertenaga listrik yang dipamerkan dalam acara SANY Festival ini bukan produk konsep tetapi sudah dipasarkan secara komersial. Bahkan beberapa di antaranya sudah benar-benar beroperasi di pasar Indonesia jauh sebelum acara ini digelar. Dia mencontohkan excavator kelas 21 ton dan wheel loader sudah beroperasi pada smelter nikel di Morowali dan Weda Bay.

Alat berat listrik yang diperkenalkan SANY terdiri dari dua model, yakni yang menggunakan kabel (Cable type electric excavator) dan Electric Plug (EP). Alat berat listrik yang menggunakan kabel bekerja sambil di-charge karena energi listrik disalurkan melalui kabel itu. Sementara model EP menggunakan baterai sehingga sangat mobile.
Menjelaskan pasar yang disasar, Hery dengan tegas mengatakan, mesin-mesin elektrik SANY membidik usaha smelter. “Kedua model alat listrik ini, baik yang menggunakan baterai maupun kabel, cocok untuk industri nikel, khususnya untuk smelter. Kami sudah pasarkan sejak tahun lalu untuk smelter nikel di Sulawesi dan keduanya benar-benar applicable,” ujarnya.
Excavator listrik yang model electric plug, lanjut Hery, sangat cocok digunakan di proyek-proyek yang bersifat statis. Unit dipasang di atas plat baja atau stationary. Energi listrik disalurkan melalui kabel dengan panjang maksimal 50 meter. Unit ini siap bekerja selama energi listrik tersedia. Operasinya benar-benar ramah lingkungan dan aman karena tanpa emisi dan suara. Itu sebabnya mesin ini sangat cocok untuk aplikasi dalam ruangan.
Sementara wheel loader lebih cocok menggunakain baterai (EP) karena cenderung mobile untuk melakukan pemuatan di dalam area smelter. Menariknya, kata Hery, baterai untuk unit-unit EP bisa diisi secara cepat (fast charging). “Bila sejak pagi dayanya sampai 100% dan saat istirahat makan siang posisi sisa 70%, maka baterai bisa di-charge selama istirahat sehingga dayanya kembali ke posisi 100%. Begitupun saat istirahat sore. Sementara usia pakai (lifetime) baterai bisa mencapai enam tahun,” kata Hery.
Efisiensi tinggi

Dari segi efisiensi, Hery memastikan bahwa alat-alat berat listrik SANY memiliki tingkat efisiensi yang sangat tinggi dibanding mesin-mesin konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil. Tim SANY membuat perbandingan pada excavator kelas 20 ton konvensional dengan elektrik. Untuk excavator dengan engine konvensional, biaya solar per jam mencapai Rp 280.000. Sementara excavator 20 ton yang bertenaga listrik hanya menghabiskan daya seharga Rp 66.900 per jam.
Itu baru dari segi pemakaian energy. Belum lagi efisiensi-efisiensi lainnya seperti tidak perlu adanya anggaran untuk mengganti oli, filter, dan masih banyak tetek bengek perawatan lainnya. Perawatan pada excavator elektrik hanya pada oli hidrolik yang penggantiannya dilakukan setiap 2.000 jam. “JIka dihitung secara keseluruhan, efisiensi menggunakan excavator listrik dibandingkan dengan engine diesel mencapai 318%,” ujarnya.
Dari sisi produktivitas, Hery melanjutkan, excavator listrik juga jauh lebih tinggi dibanding model diesel. Meskipun sama-sama menggunakan bucket ukuran 1,1 kubik. Itu terjadi karena tenaga (power) excavator elektrik lebih tinggi dari model diesel. Excavator elektrik akan semakin produktif lagi bila menggunakan bucket berukuran lebih besar.
Meski menjanjikan efisiensi dan produktivitas yang tinggi, Hery mengakui harga alat-alat berat listrik di Indonesia masih mahal. Bahkan bisa dua kali lipat dari harga model diesel. Itu terjadi karena infrastruktur pendukung di Tanah Air, seperti ketersediaan listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) belum memadai, dan nihilnya kebijakan insentif pajak dari pemerintah.
Tetapi dia optimistis masa depan alat-alat berat bertenaga listrik di Indonesia akan cerah bila ada dukungan infrastruktur seperti jaringan listrik PLN dan insentif pajak dari pemerintah seperti yang diberikan untuk mobil listrik penumpang. Untuk itu, dia berharap, para pemangku kepentingan perlu duduk bersama untuk mendorong pertumbuhan pasar alat-alat berat listrik di Tanah Air.
Terlepas dari problem insentif tersebut, Hery mengatakan investasi alat berat listrik tetap menguntungkan selama pemakaiannya maksimal. “Jika alat itu bekerja 24 jam sehari, tiga shift, sehingga waktu kerjanya benar-benar maksimal, maka break event point (BEP) bisa dicapai satu tahun atau paling lama satu setengah tahun. Bisa juga kurang dari satu tahun. Tetapi kalau unit itu bekerja cuma 18 jam atau 20 jam per hari, tidak akan dapat value-nya,” kata Hery.
Selain itu, untuk memaksimalkan waktu operasi, para pengguna harus memastikan proyek-proyek yang akan dikerjakan berada di dalam ruangan sehingga terlindung dari faktor-faktor cuaca, seperti smelter atau pabrik Krakatau Steel atau pabrik gula. Dengan proyek-proyek seperti itu, unit-unit tersebut bisa bekerja 24 jam, sehingga BEP bisa tercapai dalam tempo yang lebih cepat.
“Kalau kita bicara produktivitas, salah satu syaratnya adalah unit-unit elektrik harus beroperasi di area yang terlindung dari cuaca buruk agar unit bisa bekerja 24 jam. Kalau mesin-mesin listrik bekerja di area terbuka, saat hujan turun, unit harus berhenti. AKibatnya, produktivitas rendah. Tetapi, jika alat-alat listrik ini bekerja di area indoor, produktivitasnya pasti tinggi karena unit-unit ini bisa bekerja 24 jam, sehingga bisa lebih cepat mencapai BEP,” pungkasnya. EI