“Tahun 2021 menjadi tahun yang cukup menantang bagi dinamika industri tanah air maupun global. Karena pada tahun tersebut muncul beberapa varian baru virus Covid-19 sehingga pemulihan ekonomi jadi sedikit terhambat. Namun kami bersyukur masih dapat melalui tahun yang penuh tantangan tersebut dengan hasil yang memuaskan. Didukung oleh peningkatan harga komoditas serta peningkatan permintaan konsentrat, penjualan ZINC masih dapat bertumbuh di tahun 2021. Kami berharap pada tahun 2022 ini, penjualan ZINC dapat bertumbuh lebih baik dengan target penjualan mencapai sekitar Rp1,2 triliun,” kata Direktur ZINC, Evelyne Kioe, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (28/4).
Selama tahun 2021, penjualan ZINC masih didominasi oleh penjualan konsentrat seng (Zn) yaitu sebesar Rp386,8 miliar atau mengalami peningkatan sekitar 27% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 yang tercatat sebesar Rp304,9 miliar. Kemudian penjualan perak ZINC juga meningkat mencapai 10% menjadi Rp185,4 dari Rp168,8 miliar pada tahun 2020. Sedangkan penjualan untuk konsentrat timbal (Pb) tercatat sebesar Rp134,0 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 5% dari Rp127,0 miliar di tahun 2020.
Evelyne melanjutkan, melihat kondisi perekonomian pada tahun 2022 yang sudah mulai lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ZINC optimis pada tahun ini dapat mencapai target kinerja yang telah ditetapkan. ZINC memproyeksikan dapat memproduksi sebesar 550.000–642.000 ton ore. Sementara untuk penjualan, ZINC menargetkan dapat menjual sekitar 31.980 ton konsentrat timbal, dan 61.245 ton konsentrat seng di tahun 2022. Target untuk bijih besi juga ditargetkan sebesar 180,000 ton sampai dengan akhir tahun.
“Terlepas dari situasi ketegangan geopolitik di wilayah Eropa Timur yang telah menyebabkan kelangkaan beberapa komoditas, sehingga harga-harga komoditas meningkat cukup signifikan di awal tahun 2022 ini, kami optimis kinerja ZINC akan membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kelangkaan beberapa komoditas ini juga membuat kami untuk mengejar target penyelesaian Smelter Zinc di Kalimantan pada Kuartal III-2023 sehingga dapat membantu kebutuhan dalam negeri untuk komoditas zinc yang sampai hari ini masih dipenuhi 100% dari impor,” tutup Evelyn.