PT Hexindo Adiperkasa Tbk menyoroti pemanfaatan teknologi digitalisasi dan pengembangan peralatan berat bertenaga elektrik di industri pertambangan Indonesia.

Distributor-distributor peralatan berat sedang ditantang untuk menawarkan mesin-mesin yang memanfaatkan teknologi yang uptodate dan efisien tetapi ramah lingkungan.
Salah satu perusahaan yang terus bergulat dengan persoalan-persoalan itu adalah PT Hexindo Adiperkasa Tbk (Hexindo), distributor tunggal alat-alat berat merek Hitachi dan Bell. Perusahaan ini berusaha mencari solusi-solusi terbaik untuk mengatasi persoalan-persoalan para pelanggan.
Untuk memudahkan pemantauan terhadap performa dan pemeliharaan terhadap mesin-mesin tambang di jobsite, Hexindo mengaplikasikan teknologi digital. Sementara untuk mengurai masalah lingkungan dan meningkatkan efisiensi operasi mesin-mesin tambang, perusahaan ini sedang menjajaki pengembangan mesin tambang bertenaga listrik bersama pabrikannya.
“Di era digitalisasi sekarang ini mesin-mesin Hitachi dan articulated dump truck (ADT) Bell sudah mengaplikasi teknologi digital dalam operasinya. Mereka sudah beralih dari cara kerja konvensional ke digitalisasi,” kata Dwi Swasono, Sales Director PT Hexindo Adiperkasa Tbk kepada Majalah Equipment Indonesia baru-baru ini.
Salah satu concern Hitachi dan Bell, ia melanjutkan, adalah kemudahan maintenance unit dalam kondisi apapun. Solusinya, ia menyebut satu di antaranya, adalah penerapan teknologi digitalisasi. “Dengan adanya satelit dan digitalisasi, seluruh operasi alat bisa dilihat dari kabin operator serta dapat diunduh secara berkala oleh si pemilik alat,” Dwi menjelaskan.
Di era digitalisasi ini, Hexindo sudah memperkuat tim product support (after sales support) dengan ponsel berteknologi canggih yang dilengkapi dengan aplikasi Consite Pocket dan main pump health check agar memudahkan mereka dalam memantau kondisi mesin-mesin para pelanggan. Caranya, pada saat melakukan kunjungan ke unit unit pelanggan, dengan menyentuh satu tombol (aplikasi yang yang di inginkan), semua informasi teknis tentang alat-alat yang hendak diservis akan tampil di layar.
“Beberapa jam sebelum maintenance dilakukan, semua spareparts dan peralatan lain sudah dipersiapkan. Sehingga pada saat tim dealer datang untuk melakukan perawatan, mereka sudah confirm siap untuk dilakukan temporary downtime agar tim servis bisa masuk dan tidak perlu menunggu waktu lama,” ia menerangkan salah satu manfaat aplikasi teknologi digitalisasi ini sembari menambahkan bahwa selain leading dari sisi produk, Hexindo juga pionir dari segi after sales services, terutama Kontrak Pemeliharaan Penuh (FMC).
Dwi menggarisbawahi bahwa aplikasi teknologi digital membantu mempermudah pekerjaan tim layanan purna jual, dan memungkinkan para pelanggan memonitor performa dan kondisi mesin-mesin tambang mereka dalam sekejap. Cara kerja seperti ini membuat para pelanggan merasa aman dan nyaman dalam melakukan investasi alat.

PT Hexindo Adiperkasa Tbk memasarkan beragam model alat berat Hitachi mulai dari Mini Excavator, Hydraulic Excavator, Ultra Large Hydraulic Excavator, Wheel Loader hingga Rigid Dump Truck. Selain itu, perusahaan ini menawarkan mesin Articulated Dump Truck merek Bell yang terdiri dari tiga model, yaitu B45E (45 ton), B50E (50ton) dan B60E (60 ton) kepada para pelanggan.
Alat-alat berat Hitachi dan Bell tersebut, menurut Dwi, dirancang untuk memiliki durability dan reliability tinggi karena unit mampu bekerja di medan berat dengan jam kerja yang panjang. Pemakaian bahan bakar sangat efisien, kemudahan dalam perawatan dan kenyamanan operator menjadi fokus perhatian kedua pabrikan itu dalam mengembangkan mesin-mesin tersebut. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah operasional unit yang ramah lingkungan.
Dwi menambahkan, alat-alat tambang Hitachi dan Bell sengaja dibuat untuk digunakan di tambang yang hard rock maupun soft. Jadi, unit-unit itu siap bekerja di semua medan. Para pelanggan tinggal pilih tipe-tipe alat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sebagai distributor yang memiliki akar yang kuat di industri pertambangan, Hexindo selalu berusaha menawarkan mesin-mesin yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasar. Pada saat kebutuhan batu bara sangat tinggi (booming), perusahaan-perusahaan tambang cenderung menggunakan mesin-mesin besar untuk mengejar target produksi. Namun, dalam kondisi seperti saat ini, ketika kebutuhan batubara berkurang, maka peralatan-peralatan yang lebih kecil juga diperlukan.
“Di Hexindo, kami tidak hanya mengandalkan excavator yang kelas 120 ton hingga 800 ton ke atas, melainkan juga menyuplai mulai kelas 20 ton hingga 80 ton,” terang Dwi mengenai kondisi pasar alat tambang saat ini. Sementara untuk haul truck, perusahaan ini sedang mempersiapkan kelas-kelas yang lebih besar, di antaranya yang 320 ton hingga 500 ton. Selain itu, untuk tambang nikel, tersedia articulated dump truck (ADT) Bell.
Di segmen wheel loader untuk aplikasi tambang, mesin andalan Hexindo saat ini adalah ZW370-5A. Mestinya alat ini diluncurkan secara terbuka (offline), tetapi karena pandemi, rencana itu ditangguhkan, dan diperkenalkan secara online pada Juni tahun ini.
Menurut Dwi, pendekatan ini memungkinkan Hexindo mampu menghadapi pergolakan pasar dan menawarkan produk dan layanan terbaik meski situasi sedang sulit. “Ketika batu bara seolah-olah menjadi idola baru sehingga hampir semua pemain alat berat tertarik untuk memasarkan mesin-mesin tambang, maka kami tetap menjalin komunikasi secara intens dengan para pelanggan. Kami ingin mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan dan keluhan pelanggan sehingga dapat memberikan respon pada kesempatan pertama ketika mereka memerlukan investasi unit yang baru,” ungkapnya. Itu sebabnya, Hexindo tidak merasa terusik ketika bermunculan pemain-pemain baru yang memperebutkan kue peralatan tambang. Dia menilai hal itu wajar, dan Hexindo punya cara sendiri untuk mempertahankan market share di segmen peralatan tambang.

PT Hexindo Adiperkasa Tbk baru saja merayakan HUT ke-33 pada 28 November 2021. Di usia yang cukup dewasa itu, perusahaan ini sudah memiliki 33 kantor Cabang dan contact office, serta 16 kantor proyek untuk mendukung beberapa operasi tambang secara langsung.
Dwi mengatakan concern utama Hexindo saat ini adalah memperluas jaringan, kemudian memperkuat product support atau after sales service, serta memberikan solusi solusi alternatif dalam mengatasi masalah-masalah para pelanggan.
Terkait dengan solusi alternatif, dia mencontohkan dua hal. Pertama, upaya Hexindo membantu para pelanggan yang kesulitan untuk investasi peralatan baru karena krisis, seperti problem rantai pasok yang terjadi saat ini karena dampak pandemi. “Kami membantu dengan melakukan refurbish terhadap unit-unit mereka yang lama agar tetap bisa beroperasi. Alat-alat ini dipakai sampai mereka bisa melakukan investasi peralatan baru,” ujarnya.
Hexindo sudah punya satu fasilitas refurbish untuk remanufaktur berbagai komponen mesin-mesin tambang di Balikpapan, Kalimantan Timur, yang melayani pelanggan-pelanggan tambang yang sebagian besar masih terkonsentrasi di kawasan tersebut. Namun, mulai tahun 2021 ini, Hexindo sudah memperluas usaha reman untuk mesin-mesin yang lebih kecil, yang kelas 20 ton, bekerja sama dengan manufakturnya, PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia (HCMI), di Cibitung, Bekasi. “Jadi, Hexindo tidak memiliki remanufaktur sendiri seperti halnya di Balikpapan, tetapi memanfaatkan pabrik Hitachi yang ada di Cibitung, Bekasi,” kata Dwi.
Fasilitas remanufaktur tersebut akan membongkar, membersihkan dan memperbaiki suku cadang dan komponen-komponen bekas seperti silinder hidrolik, pompa-pompa dan sebagainya untuk dibuat ulang. Layanan remanufaktur ini memungkinkan Hexindo menyediakan komponen-komponen dengan harga sangat kompetitif atau sekitar separuh dari produk-produk baru sehingga mengurangi biaya dan isu-isu lain terkait dengan delivery.
Kedua, untuk merespon kebijakan pemerintah mengenai pajak karbon, Hexindo bersama principal Hitachi sedang menjajaki kemungkinan untuk mengembangkan peralatan tambang bertenaga listrik. Rencana ini sudah dikomunikasikan dengan beberapa pelanggan besarnya seperti KPC dan Berau Coal. Menurut Dwi, permintaan sudah ada dari beberapa pelanggan yang memerlukan mesin-mesin seperti itu. Cuma tantangannya adalah bagaimana menyediakan infrastruktur pendukung untuk peralatan elektrik ini.
Pada dasarnya Hexindo dengan dukungan manufakturnya dan Hitachi Energy siap mengembangkan peralatan tambang elektrik, yang sebetulnya sudah dirilis di beberapa negara seperti Rusia, Amerika, kecuali di Indonesia karena kendala infrasruktur supply listrik. Sebab untuk menggerakkan peralatan listrik dibutuhkan power supply seperti PLN atau yang lain dengan kapasitas yang besar.
Menurut pandangan Hexindo, hingga akhir tahun 2022 atau awal 2023, mesin-mesin tambang bertenaga diesel masih diperlukan namun pihaknya juga punya tanggung jawab untuk memberikan masukan kepada pabrikan dan diskusi lanjutan dengan para pelanggan supaya elektrifikasi mesin-mesin tambang bisa direalisasikan secepatnya.
“Kuncinya terletak pada infrastruktur listriknya (power supply). Kalau infrastrukturnya bisa dibangun dengan cepat, manufaktur akan mengikuti. Yang pasti, Hitachi Manufacture siap membangun peralatan tambang berbasis electric, termasuk dukungan power supply dari Hitachi Energy jika diminta oleh pelanggan sebagai satu kesatuan paket,” pungkas Dwi.