Equipment APP.
back to top
Tuesday, December 10, 2024
More
    HomeBusinessMengapa Truk Tambang Masih Diimpor?

    Mengapa Truk Tambang Masih Diimpor?

    Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyatakan gemas karena truk-truk untuk operasi pertambangan masih diimpor.

    Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita (tengah) memencet tombol peresmian Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2024 di Jakarta Convention Center pada 8 Maret 2024. Foto: EI
    Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita (tengah) memencet tombol peresmian Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2024 di Jakarta Convention Center pada 8 Maret 2024. Foto: EI

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita tampak sedikit gemas saat menyampaikan pidato pembukaan Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIIComvec) 2024 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat 8 Maret 2024. Meskipun dia juga sedikit senang karena penyelenggara mau memundurkan jadwal opening ceremony dari Kamis 7 Maret 2024 ke Jumat 8 Maret 2024. Pameran ini sendiri berlangsung Kamis 7 Maret 2024 hingga Minggu 10 Maret 2024.

    Salah satu alasan kegemasan Agus Gumiwang Kartasasmita adalah karena truk-truk untuk sektor tambang di Indonesia masih banyak yang diimpor. Jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung, 6.000 unit. Padahal, kata dia, industri di dalam negeri sudah mampu memasok truk-truk tambang untuk memenuhi kebutuhan pasar pertambangan dalam negeri.

    Terkait dengan itu, dia semakin gemas karena ternyata truk-truk tambang impor tersebut tidak memenuhi standar yang dipatok Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Truk-truk tambang impor itu masih berada di bawah standar Euro 4. Sedangkan ketentuan KLHK mematok bahwa truk-truk tambang minimal sudah berstandar Euro 4.

    Sementara produsen truk tambang dalam negeri sudah memenuhi standar minimal Euro 4 dari KLHK. Namun para pelaku tambang justru masih doyan menggunakan truk tambang impor. Karena itu, dia dan bawahannya di Kementerian Perindustrian akan berdiskusi melihat celah hukum apa yang bisa dibuat untuk memaksa para pelaku tambang menyerap truk-truk tambang produksi dalam negeri dan tidak menerima truk-truk impor.

    Pentingnya penyerapan truk-truk tambang produksi dalam negeri, kata dia, semakin mendesak karena tantangan ekonomi Indonesia ke depan semakin tidak mudah. Karena itu, dia menekankan perlunya mengoptimalkan semua sumber daya dalam negeri dan perlu bergandengan tangan dengan semua pihak untuk menghadapi guncangan ekonomi global yang menghadang di depan.

    Baca Juga :  Lonking Wheel Loader CDM 843

    “Jangan sampai kita mengalami lost (kerugian) gara-gara mengimpor truk-truk tambang ini. Karena itu, kami akan diskusi di kementerian Perindustrian untuk melihat celah aturan apa yang bisa dibuat untuk mendukung industri truk tambang dalam negeri,” tegasnya.

    Hal lain yang membuat putra politisi senior dari zaman Orde Baru, Ginanjar Kartasasmita itu gemas adalah perilaku prinsipal kendaraan-kendaraan double cabin yang lebih memilih Thailand sebagai basis produksi daripada Indonesia. Menurut dia, alasan-alasan yang disampaikan para prinsipal bahwa mereka lebih memilih Thailand daripada Indonesia juga tidak masuk akal. Karena itu, dengan sedikit nada mengancam, dia mengingatkan prinsipal untuk segera memindahkan produksi double cabin mereka ke Indonesia. “Saya bicara ini di depan wartawan yang mencatat,” ujarnya.

     Salah satu alasan prinsipal menjadikan Thailand sebagai basis produksi kendaraan double cabin adalah karena permintaan pasar Thailand lebih tinggi daripada Indonesia. “Alasan ini tidak masuk akal. Karena size ekonomi Indonesia jauh lebih tinggi dari Thailand. Jadi pasar Indonesia jauh lebih besar dari Thailand,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita yang juga politisi Partai Golkar itu berargumen.

    Belum lagi kalau mengacu ke data IKI (Indeks Kepercayaan Industri) Kementerian Perindustrian dan BMI. Hanya Indonesia dan India negara di dunia yang mencatatkan ekspansi selama 30 bulan berturut-turut. Catatan Indonesia itu melewati Thailand. Bahkan negara-negara Eropa seperti Turki dan Spanyol dan masih banyak negara lainnya. Karena itu, Agus Gumiwang  Kartasasmita sekali lagi menegaskan bahwa alasan para prinsipal double cabin menjadikan Thailand sebagai basis produksi sangat tidak masuk akal.

    Meski gemas, Agus Gumiwang Kartasasmita juga cukup ceria. Pasalnya, produksi kendaraan komersial jenis light duty pick up mengalami peningkatan. Produksi yang besar itu tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga diekspor ke 50 negara di dunia, terutama negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)  dan Afrika. Total ekspor kendaraan jenis light duty pick up sebanyak 25.000 unit.

    Baca Juga :  CASE Umumkan Rangkaian Crawler Excavator E-Series Baru

    Sehubungan dengan itu, kata Agus Gumiwang Kartasasmita, pemerintah sangat mengapresiasi kinerja industri otomotif, khususnya sektor kendaraan komersial. “Di kendaraan komersial, saya yakin akan terus meningkat dan saya sangat yakin akan lebih tinggi pertumbuhannya dari Thailand karena didorong oleh program hilirisasi sektor pertambangan Pemerintah Indonesia,” tegasnya.

    Karena begitu sumringah pada pameran kali ini, sampai-sampai Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan pidato cukup panjang. “Saya senang berada di sini. Makanya saya pidato panjang dan banyak berada di luar teks yang sudah disiapkan staf saya,” ujarnya sambil memperlihatkan naskah pidato kepada hadirin dan disambut gelak tawa peserta opening ceremony tersebut.

    RELATED ARTICLES

    Most Popular

    Recent Comments