Equipment APP.
Business Top News

Pendapatan dan Penjualan Hexindo Turun Lebih Dari 50%

Saat ini Hexindo memfokuskan diri pada pengembangan dan penjualan di sektor kehutanan (forestry), agro dan konstruksi untuk menggantikan sektor pertambangan (mining) yang memburuk pada 2020 ini.

Hydraulic mining shovel Hitachi yang ditampilkan pada acara Mining Indonesia 2019 (Foto: EI)

Industri alat berat tahun ini memang benar-benar mengalami pukulan yang berat. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sepanjang tahun ini membuat kinerja berbagai industri mengalami tekanan, termasuk industri-industri yang membutuhkan alat berat seperti pertambangan, konstruksi, perkebunan dan kehutanan.

Gambaran lesunya industri alat berat ini terlihat dalam kinerja keuangan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (Hexindo). Berdasarkan laporan keuangan per akhir September 2020, pendapatan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan alat berat merek  Hitachi ini turun 53,73% menjadi US$101,96 juta, dari US$220,36 juta pada akhir September 2019 lalu.  Penurunan pendapatan ini diikuti oleh penurunan laba tahun berjalan yang turun 51,14% menjadi US$11,35 juta dari US$23,23 juta.

Penurunan pendapatan Hexindo terjadi pada semua segmen, mulai dari penjualan alat berat hingga jasa pemeliharaan dan perbaikan. Penjualan alat berat dan jasa komisi ke pihak ketiga per akhir September 2020 berjumlah US$43,02 juta, turun 67,33% dari US$131,68 juta pada periode akhir September 2019.

Penjualan suku cadang kepada pihak ketiga per akhir September 2020 juga mengalami penurunan yang signifikan sebesar 42,03% menjadi US$29,79 juta, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun sebesar US$51,39 juta.

Demikian juga jasa pemeliharaan dan perbaikan kepada pihak ketiga. Pada akhir September 2020 pendapatan dari segmen ini turun sebesar 21,36% menjadi US$28,75 juta dari sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$36,56 juta.

Target penjualan 2020

RIgid dump truck Bell, salah satu produk andalan Hexindo yang menyasar sektor tambang (Foto: EI)

Pada tahun 2020 ini (April 2020 hingga Maret 2021), Hexindo menargetkan penjualan alat berat sebanyak 1.139 unit, dengan nilai penjualan sebesar US$144,2 juta. Sebanyak 95% penjualan atau sebanyak 1.251 unit adalah alat berat jenis excavator.

Baca Juga :  Pemerintah Turunkan Target Pembangunan 2 Juta Rumah

Untuk periode April hingga Juli lalu, total penjualan alat berat Hexindo mencapai 243 unit. Secara total, penjualan alat berat turun sebesar 58% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Mayoritas alat berat yang dijual adalah excavator, yaitu sebanyak 191 unit, dimana sektor konstruksi memberikan kontribusi sebesar 21%, kehutanan sebesar 31%, agro sebesar 32%, pertambagangan 13% dan lainnya sebesar 3%. Selain excavator, Hexindo juga sudah menjual 49 unit mini excavator dan 3 unit wheel loader.

Dwi Swasono, Direktur Hexindo, mengatakan saat ini Hexindo memfokuskan diri pada pengembangan dan penjualan di sektor kehutanan (forestry), agro dan konstruksi untuk menggantikan sektor pertambangan (mining) yang memburuk di tahun 2020 ini. “Diprediksikan ketiga sektor ini mulai menunjukkan tren yang membaik,” ujarnya saat paparan ystem Jumat (18/9) lalu.

Dwi mengatakan, selain kondisi pasar yang lesu akibat ystemc, persaingan di industri alat berat saat ini memang kian kompetitif. “Dalam hal penjualan, kami terkoreksi cukup dalam yang dikarenakan adanya ystemc ini,” ujarnya.

Saat ini, lanjut Dwi, pihaknya sedang melakukan berbagai rencana kerja, salah satunya adalah penjualan alat berat dengan ystem pembayaran yang lebih menarik bagi pelanggan. Market share excavator Hexindo pada periode April-Juli 2020 sebesar 17,1%. “Walaupun kondisi cukup ketat, namun demikian kami optimis penjualan alat berat Hexindo akan membaik sejalan kondisi bisnis yang mulai membaik dan market share Hitachi dapat kami pertahankan,” ujar Dwi.

Terkait dengan maraknya produk asal China di pasar Indonesia, Dwi mengatakan Hexindo dengan produk Hitachi asal Jepang optimis bahwa produk mereka jauh lebih handal dibandingkan produk China yang biasanya dipasarkan dengan segala macam cara agar bisa bersaing dengan produk-produk Jepang. “Salah satunya dengan memberikan keringanan berupa paket Term of Payment (TOP) yang sering tidak masuk akal,” ujar Dwi.

Baca Juga :  Caterpillar Kembali Luncurkan “Global Operator Challenge”

Djonggi TP Gultom, Presiden Direktur Hexindo, menambahkan penjualan alat berat tidak hanya bicara soal produk unitnya saja. Tetapi juga terkait dengan layanan purna jual yang memadai. “Penjualan alat berat kami didukung oleh layanan purna jual, product support, yang andal dengan jaringan yang luas tersebar dari Aceh sampai Papua,” ujar Djonggi.

Dwi mengatakan ada tiga strategi yang dilakukan oleh Hexindo pada tahun 2020 ini. Pertama, menjaga hubungan dengan loyal customer yang selama ini menjadi salah satu penopang penting bisnis Hexindo.

Kedua, membuat rencana kerja dengan menitik-beratkan pada kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Misalnya, sewa unit bekerja sama dengan pihak ketiga. Ketiga, menindaklanjuti beberapa peluang bisnis untuk pengadaan attachment yang diperuntukan pada unit-unit di sektor kehutanan, agro dan konstruksi. EI

Berita Terkait