Bisnis PT ETI Fire Systems (ETI), produsen automatic fire suppression & lubrication systems asli Indonesia, tumbuh semakin pesat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen keluarga.
Jakarta, Equipment Indonesia – PT ETI Fire Systems (ETI), saat ini, telah bertumbuh hampir tiga kali lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020. Perusahaan yang resmi didirikan pada November 2003 dan bermarkas di daerah Magelang, Jawa Tengah ini pun menjadi yang terbaik di bidang automatic fire suppression & lubrication systems di Tanah Air. Produk-produknya tidak hanya dipakai di dalam negeri, tetapi juga telah diekspor mulai dari kawasan Asia Tenggara, Australia, hingga Afrika.
Capaian luar biasa itu, selain karena memang produk-produknya berkualitas dan sangat dibutuhkan pasar, juga karena manajemen bisnis yang kental dengan rasa kekeluargaan. ETI membangun kultur kekeluargaan dalam mengelola bisnisnya. Semua karyawan, mulai dari level paling rendah hingga yang paling tinggi, adalah satu keluarga. Artinya, ketika sudah menjadi karyawan PT ETI Fire Systems, maka mereka langsung merasa menjadi satu keluarga besar perusahaan ini. Kondisi itu membuat ikatan emosional para karyawan terhadap perusahaan sangat kuat. Mereka bekerja dengan komitmen yang luar biasa untuk membesarkan perusahaan ini.

Hal itu diungkapkan oleh Owner & CEO PT. ETI Fire Systems, Sarah Ruffles, dalam wawancara khusus dengan Majalah Equipment Indonesia di Jakarta beberapa waktu silam. Hari masih pagi, Sarah sudah siap diwawancara sambil ngopi di pojok sebuah restoran yang masih sepi pengunjung. Dia dengan antusias bercerita mengenai perkembangan bisnis perusahaan yang didirikan bersama almarhum suaminya.
Sarah tidak berbicara banyak mengenai produk-produk ETI tetapi lebih banyak menyoroti tentang kultur kekeluargaan yang berhasil dibangunnya. Sebagai pemimpin tertinggi dan pemilik perusahaan, alih-alih memandang para karyawannya sebagai pekerja, dia memperlakukan mereka seperti anggota keluarganya sendiri. Sarah sendiri pun tidak menempatkan diri sebagai bos yang hanya duduk di kursi empuknya. Sebaliknya, dia tidak segan turun dan duduk lesehan dengan para karyawan. Menikmati makanan apa adanya bersama mereka. Bahkan ikut naik gunung bersama karyawannya sembari menikmati mie rebus di beberapa puncak gunung di sekitar daerah Magelang.
Sarah mengatakan, justru suasana kekeluargaan ini yang membuat para karyawan PT ETI Fire Systems yang sekarang berjumlah 200-an orang merasa memiliki perusahaan ini. Rasa kekeluargaan itu juga membuat mereka tidak ingin buru-buru pulang ke rumah seusai jam kerja. Meski tim sudah dibagi dalam dua shift (kelompok kerja), mereka tetap ada di pabrik sampai larut malam karena merasa kerasan berada di pabrik. Situasi seperti ini membuat tingkat produktivitas perusahaan sangat tinggi.
Sarah mengaku sangat bangga memiliki tim yang luar biasa seperti ini. Bahkan, dia sendiri merasa hanya bagian kecil dari PT ETI Fire Systems. “Saya itu hanya persentase yang sangat kecil di perusahaan saya dengan kemajuannya seperti sekarang ini. Kalau saya bilang, kami sudah tiga kali lipat dari kondisi sebelum Covid saat ini,” tuturnya dengan suara yang sedikit bergetar karena haru.

“Saya selalu bilang, kita adalah keluarga. Kita, tanpa satu sama lain, bukan apa-apa. Waktu suami saya meninggal, saya berpikir, saya selesai. Terus terang, saya hampir menyerah. Saya berpikir, saya perempuan, saya mau apa, mau gimana. Saya tidak tahu mau mulai dari mana, walaupun saya memang sudah membantu suami saya 10 tahun sebelum beliau meninggal,” kenangnya.
Untungnya, di tengah situasi yang kalut itu, Sarah masih memiliki karyawan. Merekalah yang menguatkan dan membuatnya bangkit dari situasi terpuruk hingga mencapai kondisi saat ini. “Saya melihat, tim saya selalu berada di rumah saya, membantu saya. Kita ke kantor, mereka selalu berada di sana. Support mereka luar biasa. Saya berpikir, ‘No, saya nggak bisa menyerah. Banyak tanggung jawab saya terhadap orang-orang ini. Mereka punya keluarga’,” tandasnya.
Sarah pun bangkit dari keterpurukan dan membawa PT ETI Fire Systems mewujudkan mimpi-mimpi dia bersama almarhum suaminya. Namun, sekali lagi, ia tidak sendiri. Ia didukung oleh tim yang sangat berdedikasi tinggi dan sangat loyal.
Menariknya, hampir seluruh anggota keluarga PT ETI Fire Systems adalah warga Magelang. Kalaupun ada yang dari luar, mereka adalah engineer dan yang duduk di manajemen. Sisanya adalah warga lokal lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Mereka dilatih dari nol hingga menjadi terampil. “Kami selalu percaya bahwa orang-orang kita, kalau punya kemauan dan di-training secara profesional, pasti bisa. Keinginan dulu. Skill itu nomor sekian. Engineer memang butuh sekolah khusus. Tetapi kalau mekanik atau staf yang lain atau machine operator, kami percaya bahwa mereka itu kalau mau dilatih mereka pasti bisa dan cepat,” kata Sarah berangkat dari pengalamannya selama ini.
Utamakan kualitas

Pada bagian lain Sarah menceritakan mengenai cita-cita almarhum sang suami yang ingin agar perusahaan ini menjadi yang terbaik dan nomor satu di Indonesia di bidang fire suppression and lubrication. Sebagai pemilik tunggal saat ini, dia masih konsisten mewujudkan mimpi tersebut. Oleh karena itu, yang paling diutamakan adalah kualitas produk. Dia ingin agar produk-produk PT. ETI Fire Systems bagus, awet, dan dengan harga terjangkau. Semuanya itu akan membuat para pelanggan percaya pada produk-produk perusahaan ini.
“Kalau produk-produk kami dikenal awet dan bagus, tentunya orang-orang akan mencari kami. At the end of the day, quality itu yang akan membuktikan. Jadi, kami percaya, kami harus bagus. Bisnis itu uang, memang betul. Tetapi bukan itu yang nomor satu. Kepercayaan customer itu yang harus kita jaga,” ujarnya.
Karena kualitas ini pula, maka pasar yang dirambah PT ETI Fire Systems sangat luas. Mulai dari alat-alat berat yang beroperasi di pertambangan, bus, pembangkit listrik (genset), crane pelabuhan, industri makanan & minuman dan sebagainya. Menurut Sarah, banyak industri yang sedang mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia saat ini. Dia mencontohkan industri pertambangan, baik batu bara maupun mineral. Alat-alat berat yang bekerja di industri pertambangan sangat membutuhkan sistem lubrikasi dan alat pemadam otomatis buatan ETI.
Contoh lainnya adalah industri makanan dan minuman. “Jumlah penduduk Indonesia semakin banyak. Yang diperlukan negara dengan banyak orang itu adalah industri makanan dan minuman. Saat ini, kami baru merambah ke industri makanan, khususnya minuman,” ucapnya.
Pangsa pasar yang dibidik ETI tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga pasar ekspor, seperti negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Australia, hingga Afrika. Belum lama ini, jelas Sarah, mereka mengirim produknya ke Tanzania di Afrika yang merupakan pelangan ETI sejak tahun 2007. Meski merambah pasar luar negeri, perusahaan ini akan lebih mengutamakan pasar dalam negeri. Artinya, konsentrasi PT ETI Fire Systems tetap dalam negeri yang volumenya begitu besar, sambil tetap melirik pasar luar negeri.
Dengan fokus menggarap pasar dalam negeri, perusahaan ini ingin menjadi yang terbaik dan nomor satu di Indonesia di bidang automatic lubrication dan automatic fire suppression systems. Apalagi, muatan lokal produk-produk tersebut sangat besar hingga mencapai 90%. Selain stainless steel yang harus diimpor, bahan baku selebihnya adalah produk-produk lokal dan dibuat pada pabrik ETI di Magelang dari nol.
Terkait dengan local content yang tinggi itu, Sarah berharap adanya dukungan dari pemerintah lewat regulasi untuk mewajibkan semua perusahaan di dalam negeri untuk benar-benar menggunakan bahan baku dan produk-produk dalam negeri. Artinya, kalau kualitas produk-produk, termasuk bahan baku, buatan dalam negeri sudah bagus, maka harus diutamakan dan tidak justru membeli produk-produk impor. “Kita simpan uang Indonesia untuk Indonesia. Bukan untuk diekspor ke negara lain. Harapan saya Pemerintah Indonesia lebih support kami, bukan yang lain,” pintanya.
Apalagi, selain memiliki kualitas yang mumpuni dan sudah diakui banyak pihak dalam dan luar negeri, produk-produk ETI juga dijual dengan harga terjangkau. Itu terjadi karena semuanya dikerjakan oleh tenaga lokal dan tidak ada tenaga kerja asing yang harus dibayar mahal seperti di luar negeri. Selain itu, tidak ada biaya transportasi dan biaya-biaya lain yang tidak perlu.
Awal Mula Berdiri
PT ETI Fire Systems berdiri sejak 2003. Sarah bersama almarhum suaminya merintis dan menjadikan Magelang, Jawa Tengah, sebagai basisnya. Semula perusahaan ini hanya memproduksi fire suppression systems dan semua dibuat di pabrik milik sendiri yang berada di Magelang. Karena lokasinya yang berada di desa, bukan kawasan industri, semula tidak ada yang mengira fire suppression systems ETI ini dibuat di dalam negeri.
Untuk menjawab kebutuhan para pelanggan, perusahaan ini menggabungkan fire suppression systems dengan lubrikasi. Tujuannya agar tidak terlalu banyak vendor dan memudahkan pelanggan. Terobosan ini sekaligus menjadikan PT ETI Fire System sangat unik. Sebab dia satu-satunya di dunia yang menggabungkan fire suppression dengan lubrikasi dengan satu merk.
Terobosan ini dilakukan setelah PT ETI Fire Systems mulai melakukan R&D dan pengujian selama rentang waktu 2017-2019. Sarah bercerita, awalnya merek membeli buku, kemudian membeli produk lubrikasi yang lain untuk melakukan penelitian. Karena mereka punya mesin dan tenaga ahli, produk-produk lubrikasi yang dibeli itu dibedah, dan dicoba mengembangkan lubrikasi sendiri. Tahap ini ternyata memakan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Kemudian mereka mulai mengerucut ke produksi lubrikasi sendiri lewat R&D yang melakukan penelitian sendiri dari awal hingga kemudian menghasilkan produk.
“Dari situ, kami terus berkembang dan lebih berani untuk membuat dan memasarkan. Banyak yang bilang, produk Indonesia seperti apa kualitasnya. Kami berani diadu. Selama ini banyak sekali yang sudah kami install di luar sana, dan tidak ada masalah,” jelas Sarah lagi. Keunggulan lain, PT ETI Fire Systems dapat membuat produk sesuai pesanan dan kebutuhan pelanggan (customized). Mulai dari ukuran hingga warna pun akan dibuat sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Itu terjadi karena mereka memiliki pabrik sendiri. “Kami bisa customized, karena kami pabrik. Di situ kami menangnya. Dan kami di Indonesia,” ucapnya lagi.
Dengan keunggulan-keunggulan seperti itu, Sarah sangat yakin ETI akan bisa menjadi nomor satu di Indonesia. Apalagi, saat ini, kualitas produk mereka bisa diadu dengan produk luar negeri. Pengakuan itu juga datang dari begitu banyak pelanggan ETI. Kualitas produk yang bertahan sejak awal berdiri hingga sekarang tercipta karena adanya karyawan yang begitu loyal. Bahkan, karyawan angkatan pertama masih bekerja di sana.
“Banyak karyawan saya yang sejak ETI buka tahun 2003, masih bekerja dengan kami. Banyak yang muda-muda, tetapi yang sepuh-sepuh, yang usianya sudah tua ya banyak juga. Kebanyakan yang muda-muda, mekanik dan engineer. Apalagi, dulu kami hanya pabrik sedangkan jualan mengandalkan distributor. Sekarang tidak. Kami juga sudah menjual servis, termasuk service contract di site,” jelas Sarah.
Dengan kualitas yang tinggi, harga yang terjangkau, plus layanan purna jual yang mumpuni serta loyalitas tinggi para karyawan, Sarah sangat yakin ETI akan semakin berkibar dan terbang tinggi serta meraih mimpinya bersama almarhum suami untuk menjadi yang terbaik di Tanah Air. “Masukan dari mereka, ide dari mereka, itu pasti akan kita bicarakan bersama dan semua demi kebaikan ETI,” pungkasnya. #