JAKARTA, Equipment Indonesia – Peran kecerdesan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam industri pertambangan, dan berbagai sektor lainnya, menjadi semakin penting saat ini. Pasalnya AI bisa membantu menciptakan efisiensi dan meningkatkan produktivitas serta dan dapat melindung pekerja sehingga bekerja dengan lebih aman.
Hal itu diungkapkan Menteri Investasi/Kepala Badan Penanaman Modal yang juga CEO Danantara Indonesia Roslan Roeslani dan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria di Jakarta, Kamis 21 April 2025 setelah menjadi pembicara kunci dalam acara
“Indonesia AI Day for Mining Industries“. Acara ini diselenggarakan oleh Indosat Ooredoo Hutchison.
Menurut Roslan Roeslani, teknologi AI sudah menjadi sebuah keharusan, bukan hanya untuk sektor pertambangan tetapi juga semua sektor kehidupan. AI ini sudah terbukti menciptakan tingkat efisiensi yang lebih bagus, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan lapangan kerja. Selain itu, kata dia, penggunaan AI juga akan meningkatkan daya saing Indonesia.
“Ini juga sangat-sangat penting karena dengan daya saing ini akan membuat value kita akan menjadi lebih baik. Dan ini akan meningkatkan peran Indonesia ke depan,” ucap mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu.
Namun Roslan juga mengakui Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah untuk semakin mengembangkan teknologi AI ini yaitu meningkatkan kesadaran dan sumber daya manusia (SDM) masyarakat sehingga AI bisa digunakan semaksimal mungkin. Pekerjaan rumah lain adalah meningkatkan investasi dalam bidang teknologi AI ini sehingga semakin mudah digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Terlepas dari itu, ia mengapresiasi acara ini karena AI menjadi teknologi yang sangat penting untuk saat ini, terutama di sektor industri pertambangan. Apalagi, industri pertambangan memainkan peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan.
Senada, Nezar Patria mengungkapkan, adopsi teknologi AI di industri pertambangan mampu mengoptimalisasikan produksi, meningkatkan efisiensi, dan meminimalkan dampak-dampak negatif dalam kegiatan operasi pertambangan.
“Jadi dengan bantuan AI, para pekerja pun bisa dimonitor dengan cukup baik. Lalu proses produksi juga bisa dibuat lebih optimal, lebih efisien, dan tentu saja akan membawa manfaat yang cukup besar untuk industri pertambangan,” kata Nezar Patria.
Kementerian Komunikasi dan Digital, yang ikut dipimpinnya sebagai wakil Menteri sudah membuat aturan tentang pengembangan AI, terutama dari sisi etika penggunaan AI, agar AI tetap berjalan dalam koridor. Meskipun aturan tersebut masih dalam bentuk surat edaran.
“Kita akan mengembangkan peraturan yang lebih tinggi, yang bisa, saya kira menjangkau jarak horizontal maupun vertikal. Secara horizontal kita mencoba mengatur prinsip-prinsip penerapan AI di berbagai sektor. Sementara secara vertikal, kita akan masuk ke yang lebih detail, yaitu bagaimana mengadopsi AI di masing-masing sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan pertambangan seperti ini,” kata Nezar yang juga wartawan dan aktivis 1998 itu.
Lebih jauh, menjawab pertanyaan Majalah Equipment Indonesia tentang prinsip-prinsip etis yang perlu diatur lebih jauh dalam penggunaan AI, Nezar mencontohkan, dalam hal transparansi, akuntabilitas, dan bagaimana teknologi AI itu diterapkan. Sebab sistem kerja AI ini berdasarkan data, maka rekaman datanya butuh intervensi manusia. Dengan begitu, AI itu sendiri tidak akan merugikan pemakainya dan lingkungan.
“Yang paling penting lagi bagaimana AI ini juga bisa dikontrol level autonomous-nya. Karena kita tahu perkembangannya saat ini makin autonomous, makin bergerak sendiri. Kita tidak lagi berbicara tentang AI generatif, tetapi AI yang sudah bisa melakukan reasoning sendiri dan bisa membuat decision making sendiri,” jelasnya.
Karena itu pengaturan AI autonomous ini sangat penting dan mutlak perlu intervensi manusia, sehingga pada akhirnya AI itu benar-benar mendatangkan manfaat yang besar bagi manusia dalam menciptakan efisiensi dan produktivitas. “Dan, apa yang kita takutkan, misalnya, dia bisa melakukan pembuatan keputusan sendiri yang berbahaya bagi manusia atau buat lingkungan itu kita bisa hindari. Jadi ada risk mitigation,” pungkasnya. ***