
Percepatan pembangunan infrastruktur harus ditopang dengan ketersediaan bahan bangunan yang jumlahnya memadai, pasokannya cepat dan bermutu. Salah satu material vital dalam proyek konstruksi adalah beton ready mix. Material ini diolah dalam sebuah batching plant dengan meramu material-material seperti pasir, agregat, semen, bahan aditif, air dan material lainnya.
Batching plant berfungsi untuk mencampur dan memproduksi beton ready mix dalam volume besar dan terus-menerus sehingga proyek yang dikerjakan selesai tepat waktu dan dengan mutu bagus. Tanpa dukungan batching plant yang bekerja optimal niscaya sebuah proyek dapat terlaksana dengan baik.

Mengantisipasi kebutuhan beton ready mix yang makin meningkat di era pembangunan infrastruktur dewasa ini, dan menyadari pentingnya pasokan beton ready mix yang berkualitas, PT. PP Alkon (PT. Pembangunan Perumahan Alat Konstruksi) – anak usaha dari PT. PP (PT. Pembangunan Perumahan) Tbk – mengembangkan cakupan bisnisnya dengan membangun batching plant untuk memproduksi beton ready mix yang bermutu.
Sebagaiman diungkapkan Hari Purwadi, Penanggungjawab dan Kepala Batching Plant PT. PP Alkon, pembangunan Indonesia sekarang ini dikonsentrasikan ke bidang konstruksi dan infrastuktur. Sementara induk PT. PP Alkon – PT. Pembangunan Perumahan Tbk – adalah salah satu kontraktor terkemuka yang mengerjakan proyek-proyek konstruksi dan infrastruktur itu. “Batching plant ini untuk menunjang kebutuhan material perusahaan induk sehingga proyek-proyek yang ada dikerjakan secara efektif dan efisien,” katanya dalam perbincangan dengan Majalah Equipment beberapa waktu lalu.
Dia bilang, pekerjaan-pekerjaan infrastruktur belakangan ini kian beragam mulai dari pembangunan jalan dan jembatan, bendungan hingga high rise building. Semua proyek tersebut membutuhkan ketersediaan beton dalam jumlah besar. PT. PP Alkon sendiri dalam kegiatan sehari-hari menjadi kontraktor utama maupun sub kontraktor yang proyek-proyek konstruksi dan infrastruktur yang selalu memerlukan bahan-bahan bangunan seperti batching plant.
“Selaras dengan meningkatnya kebutuhan beton ready mix dan material rigid lainnya, serta demi efisiensi biaya, waktu serta juga modal, akhirnya kami memutuskan membangun beberapa fasilitas batching plant,” ujarnya. Lokasi pembangunan batching plant ini tersebar di Jawa (Bekasi, Semarang dan Surabaya) dan Sumatera (Medan dan Lampung).
Fasilitas-fasilitas produksi ini terletak di sekitar lokasi proyek sehingga proses pengangkutannya lebih efisien dan cepat. Di Surabaya, misalnya, terletak di Grand Sungkono, sementara di Semarang di dekat Bandara Ahmad Yani karena digunakan untuk pembangunan taxi way. Batching plant milik PP Alkon yang dekat dengan Jakarta berada di Grand Kemala Lagoon, Bekasi.
Untuk menunjang konstruksi Jalan Tol antara Tebing Tinggi dan Lubuk Pakam, PP Alkon membangun fasilitas batching plant khusus di Lubuk Pakam. Batching plant lainnya di Sumatera berada di Perbaungan, Medan. Yang terbaru adalah batching plant untuk mendukung pengerjaan Jalan Tol Trans Sumatera yang terletak di Bakauheni, Lampung.
- PP Alkon belum lama menekuni bisnis batching plant ini, yaitu Mei 2015. Sebelumnya, tutur Purwadi, perusahaan ini tidak punya batching plant. Belajar dari pengalaman menangani berbagai proyek selama ini dan juga mengantisipasi peningkatan kebutuhan beton ready mix ke depan, akhirnya perusahaan ini memutuskan untuk membangun batching plant sendiri.
Purwadi menambahkan, tipe batching plant yang dibangun PT. PP Alkon terdiri dari dua, yakni yang menggunakan alat monitor kontrol manual dan yang sudah computerized. Unit yang di Surabaya, contohnya, sudah computerized. “Untuk memproduksi beton ready mix K 300, operator tinggal setel dari komputer. Semen dipasang berapa kilo, batu berapa kilo, air berapa liter, semuanya diatur di komputer. Cukup tekan tombolnya saja. Semua sudah teratur dan diproses secara otomatis,” urainya.
Cara kerja monitor manual sebaliknya. Semua material harus ditimbang secara manual. Berapa banyak pasir, semen, air, dan material lain yang hendak dicampur, semuanya harus ditimbang terlebih dahulu. Kadang-kadang di sini dituntut insting penakaran dari si batcher.
Purwadi menyebutkan dua tipe adukan beton, yakni wet batch ataupun dried batch. Kalau yang basah, maka pada adukannya sudah dicampur dengan air. Sedangkan pada tipe kering, posisinya mengaduk beton tetapi tanpa air. Air baru ditambahkan pada mixer. “Kalau untuk dried mix, hitungan kapasitas produksinya per jam cukup besar. Tetapi mutu adukannya tidak standar. Kalau yang wet memang lebih lama proses produksinya, namun mutunya sudah benar-benar matang,” ungkapnya.
Untuk semakin mengembangkan bisnis batching plant ini ke depan, PT. PP Alkon, menurut Purwadi, berencana untuk membangun fasilitas yang bisa dipakai untuk masa jangka panjang. “Kalau selama ini kami membangun batching plant yang langsung dibongkar begitu proyek kelar. Sekarang ada pemikiran lain, yakni kehadiran batching plant yang tetap didayagunakan untuk menyuplai pembangunan proyek-proyek PT PP Alkon yang lain atau kami bisa jual beton produksinya ke beberapa klien,” tutupnya.


