Equipment APP.
back to top
Wednesday, November 12, 2025
spot_img
More
    HomeBusinessPendapatan Bersih UT Naik 6% pada Semester I 2025

    Pendapatan Bersih UT Naik 6% pada Semester I 2025

    Jakarta, Equipment Indonesia – PT United Tractors Tbk pada semester pertama tahun 2025 membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 68,5 triliun atau naik 6% dari Rp 64,5 triliun pada periode yang sama di tahun 2024, sementara laba bersih perseroan turun 15% menjadi Rp 8,1 triliun yang dipicu oleh penurunan kinerja dari segmen Kontraktor Penambangan yang terkendala curah hujan tinggi serta segmen Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi akibat harga jual batu bara yang lebih rendah. Hal itu terungkap dalam Paparan Publik secara daring dalam rangkaian acara Public Expose Live 2025 yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) baru-baru ini.

    Namun, kondisi tersebut diimbangi oleh meningkatnya kontribusi dari segmen Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya serta segmen Mesin Konstruksi. Segmen Kontraktor Penambangan menyumbang Rp 26,1 triliun, 7% lebih rendah dari semester pertama 2024. Kontribusi segmen Mesin Konstruksi sebesar Rp 20,9 triliu, 34% lebih tinggi dari semester pertama 2024. Segmen Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi menyumbang Rp 13,4 triliun, 14% lebih rendah dari semester pertama tahun 2024. Sementara kontribusi dari segmen Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya sebesar Rp 7,0 triliun, 60% lebih tinggi dari semester pertama tahun 2024.

    “Secara umum, kinerja Perseroan hingga pertengahan tahun 2025 berjalan cukup baik dan sejalan dengan rencana. Di tengah kondisi bisnis yang dinamis serta tekanan pada harga batu bara, Perseroan tetap mampu mempertahankan neraca keuangan yang solid. Hal ini memberikan ruang bagi kami untuk terus menjajaki peluang investasi, sekaligus melanjutkan diversifikasi portofolio di masa mendatang. Dengan fondasi tersebut, kami optimis Perseroan dapat mencatatkan kinerja yang lebih baik pada tahun 2026 dan seterusnya,” kata Presiden Direktur UT, Frans Kesuma, dalam acara yang juga dihadiri oleh jajaran UT yaitu  Loudy Irwanto Ellias, Ari Sutrisno, Iwan Hadiantoro, Idot Supriadi, Vilihati Surya, Widjaja Kartika, Hendra Hutahean, serta Sekretaris Perseroan, Sara K. Loebis.

    Baca Juga :  Mengapa Industri Konstruksi Global Melambat pada 2023

    Sebagaimana diketahui, UT memiliki lima segmen usaha: Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan, Pertambangan, Segmen Lainnya dan Industri Konstruksi. Hingga  Juli 2025, bisnis Mesin Konstruksi perusahaan ini mencatat peningkatan penjualan alat berat Komatsu sebesar 23% menjadi 3.098 unit yang didorong oleh peningkatan penjualan di semua sektor. Komatsu tetap mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar alat berat. Berdasarkan riset pasar internal, pangsa pasar Komatsu adalah 24%.

    Penjualan Scania naik dari dari 229 unit menjadi 323 unit dan penjualan UD Trucks naik dari 103 unit menjadi 114 unit. Sampai dengan semester pertama 2025, pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 2% menjadi Rp5,5 triliun. Total pendapatan bersih dari Mesin Konstruksi meningkat 34% menjadi Rp20,9 triliun.

    Segmen usaha Kontraktor Penambangan yang dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan anak usahanya PT Kalimantan Prima Persada (KPP Mining), hingga Juli 2025, PAMA Grup mencatatkan volume pekerjaan pemindahan tanah yang lebih rendah sebesar 9% menjadi 638 juta bcm dan volume produksi batu bara untuk para kliennya turun 1% menjadi 83 juta ton, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 7,7x. Pemindahan tanah dan produksi batu bara klien yang lebih rendah disebabkan oleh curah hujan yang lebih tinggi dari proyeksi.

    Segmen usaha Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi yang dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (Turangga Resources), sampai dengan Juli 2025 mencatatkan volume penjualan batu bara sebesar 8,0 juta ton (termasuk 2,4 juta ton batu bara metalurgi), naik 19% dari periode yang sama tahun 2024. Total volume penjualan batu bara termasuk batu bara pihak ketiga mencapai 9,5 juta ton, 12% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sampai dengan semester pertama 2025, pendapatan segmen usaha Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi turun sebesar 14% menjadi Rp13,4 triliun, dikarenakan penurunan rata-rata harga jual batu bara.

    Baca Juga :  United Tractors Luncurkan Excavator Kelas 30 Ton Baru

    Bagaimana dengan segmen usaha pertambangan emas dan mineral lainnya? UT mencatat, Sampai dengan semester pertama 2025, segmen usaha Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 60% menjadi Rp7,0 triliun, yang terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan dan harga rata-rata emas. Usaha pertambangan emas Perseroan dioperasikan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) dan PT Sumbawa Jutaraya (SJR). PTAR mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara dan SJR mengoperasikan tambang emas di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Total penjualan setara emas dari PTAR dan SJR sampai dengan Juli 2025 sebesar 143 ribu ons, 12% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu. Adapun penjualan setara emas dari PTAR sebesar 136 ribu ons dan dari SJR sebesar 7 ribu ons.

    PT Stargate Pasific Resources (SPR) yang mengoperasikan tambang nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara mencatatkan penjualan bijih nikel sebesar 1,3 juta wet metric ton (wmt) sampai dengan Juli 2025, yang terdiri dari 415 ribu wmt saprolit dan 876 ribu wmt limonit. Nickel Industries Limited (NIC) yang sahamnya dimiliki Perseroan sebesar 20,14% merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama yang berlokasi di Indonesia. Kinerja bisnis ini di semester pertama 2025 terdampak oleh pencatatan penurunan nilai terkait dua proyek RKEF lama milik NIC di kuartal terakhir tahun 2024.

    Selain itu, Perseroan, melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN), menyelesaikan akuisisi tambahan 30,6% saham Supreme Energy Sriwijaya (SES) senilai USD30,8 juta, sehingga meningkatkan total kepemilikan di SES menjadi 80,2%. SES adalah pemegang 25,2% saham di Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), yang memiliki proyek panas bumi yang beroperasi di Sumatera Selatan dengan kapasitas terpasang 91,2 MW. Setelah transaksi ini, total kepemilikan saham langsung dan tidak langsung Perseroan di SERD sebesar 40,4%. #

    Baca Juga :  Excavator & Wheel Loader Volvo ciptakan efisiensi tinggi pada tambang marmer di Vietnam
    RELATED ARTICLES

    Most Popular

    Recent Comments