Equipment APP.
back to top
Wednesday, November 12, 2025
spot_img
More
    HomeEquipmentIni Penjelasan Hinabi Mengapa Pasar Alat Berat Terus Turun

    Ini Penjelasan Hinabi Mengapa Pasar Alat Berat Terus Turun

    Ini Penjelasan HINABI Mengapa Pasar Alat Berat Terus Turun

     

    Pasar Alat Berat Makin Lesu

    Terdapat korelasi yang sangat besar antara sektor tambang dengan merosotnya penjualan alat berat belakangan ini. Permintaan barang-barang modal ini mengalami kenaikan signifikan pada saat terjadi booming industri pertambangan. Tidak heran para pemain alat ramai-ramai menggempur pasar ini, dan bermunculan pemain-pemain baru. Ketika sektor ekstraksi sumber daya alam ini melemah, kondisi ini berpengaruh negatif pada penjualan alat berat.

    Mengantisipasi memburuknya kondisi pasar, beberapa perusahaan alat berat membidik sektor konstruksi dan perkebunan. Meski kebutuhannya tidak sebanyak sektor pertambangan, namun kedua pasar ini bisa menjadi substitusi pelemahan sektor pertambangan. Sepanjang semester I/2014, sektor konstruksi menopang kinerja bisnis alat berat. Menurut Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi), penjualan sektor konstruksi pada paruh pertama tahun ini mencapai 30% dari total penjualan alat berat. Menyusul sektor pertambangan dan perkebunan masing-masing 25%. Sisanya berasal dari sektor kehutanan.

    Menurut data Hinabi, penjualan alat berat nasional hingga Juni 2014 turun 19,68% menjadi 2.550 unit dibandingkan penjualan periode tahun lalu 3.175 unit. Penjualan alat berat yang dihitung oleh Hinabi terdiri dari buldozer, excavator, mini dump truck dan lain-lain.

    Hinabi memperkirakan, penjualan alat berat hanya mencapai 5.000 unit atau turun 36% dari realisasi penjualan tahun lalu sebanyak 6.000 unit. Penjualan alat berat semester kedua nanti tak jauh berbeda dengan semester pertama tahun ini, menurut Penasihat Hinabi Pratjojo Dewo, seperti dilansir dari website Kontan (20/8).

    Sedangkan produksi alat berat domestik seperti buldozer, excavator, mini dump truck dan alat berat lain saat ini bisa mencapai 10.000 unit per tahun. Namun kapasitas produksi terpasang tak bisa mencapai kapasitas maksimal.

    Baca Juga :  Epiroc Dukung Operasi Tambang Ramah Lingkungan

    Itu terjadi karena 50% dari penjualan alat berat impor baik dari Jepang maupun Tiongkok. Sedangkan alat berat yang dikategorikan produksi dalam negeri adalah yang kandungan komponen lokalnya sebesar 45%-55%. Kandungan lokal itu biasanya berupa rangka, casis dan body. Sedangkan bahan baku yang impor meliputi mesin dan pompa.

     

    RELATED ARTICLES

    Most Popular

    Recent Comments