Salah satu pemain baru di ajang industri alat berat/konstruksi nasional saat ini adalah PT Jaya Trade Indonesia. Anak usaha dari Jaya Konstruksi ini mensuplai berbagai tipe mesin dari excavator, wheel loader, vibrator roller hingga mobile crane. Singgih Prasetyo, GM Jaya Trade Indonesia, berbagi ceritera mengenai kiprah perusahaan ini saat ditemui di sela-sela sebuah pameran di Jakarta beberapa waktu lalu.
Merk produk yang diusung Jaya Trade adalah Power Plus. Singgih menuturkan, Power Plus merupakan brand mesin asal Amerika tetapi diproduksi di Tiongkok. Untuk Asia kantornya berada di Singapura.
Apa yang membedakan produk-produk Power Plus dari produk-produk Tiongkok lainnya yang sudah dipasarkan di tanah air saat ini? Menurut Singgih, secara teknis jenis-jenis alat Power Plus yang dipasarkan Jaya Trade di Indonesia tidak ada bedanya dengan mesin-mesin buatan Tiongkok yang lain, kecuali untuk Excavator.
Excavator Power Plus tergolong produk premium karena dibuat dengan standar Amerika Serikat dan memang dibuat untuk dipasarkan ke negeri Barack Obama itu. “Harganya mahal sekali untuk ukuran pasar Indonesia, karena tidak beda jauh dengan harga produk-produk papan atas di pasar Indonesia,” dia menjelaskan alasannya.
Ia menambahkan, sebelum dipasarkan, produk-produk Power Plus ini terlebih dahulu diuji performanya di medan yang paling sulit, seperti quarry. “Kalau performanya bagus, daya tahannya tinggi dan pengguna merasakan manfaat (keuntungan) mengoperasikan mesin-mesin ini, itu berarti mereka layak dipasarkan,” ujarnya.
Ia mencontohkan mobile crane. Kalau sebelumnya para pemain mobile crane mengimpor mesin-mesin bekas untuk direntalkan, sekarang mereka beralih ke mesin-mesin baru buatan Tiongkok karena harganya hampir sama dan mutunya tidak berbeda jauh. Sebab yang terpenting bagi mereka adalah alat yang harganya murah, mutu terjamin dan layanan purna jual bagus.
“Kini banyak pengguna mobile crane bekas beralih ke kami. Mereka tak perlu lagi mengimpor barang bekas, melainkan langsung membeli barang baru dari kami untuk kemudian direntalkan lagi,” ungkapnya.
Jaya Trade baru dua tahun merintis bisnis barang-barang modal ini dan terus mencari peluang-peluang pasar yang bisa dimasuki. Sejauh ini, paling banyak penggunanya adalah perusahaan-perusahaan dalam grup (Jaya Konstruksi), baik alat konstruksi maupun mobile crane. Menurut Singgih, ini pintu masuk menuju pelanggan-pelanggan potensial di luar grup.
Berbicarang tentang layanan purna jual, Singgih mengklaim bahwa justru mesin-mesin buatan Tiongkok yang paling mudah mendapatkan suku cadang karena ketersediaannya di pasar san gat banyak. Kebanyakan parts untuk engine produk-produk buatan Tiongkok sama. Namun, ia mengakui kalau kondisi ini ada plus minus-nya juga.
“Kalau spare parts dijual bebas, kami sebagai pemasok unit jadi enak, karena tidak perlu repot-repot menyediakan suku cadang. Para pelanggan bisa mencari sendiri di pasar. Ruginya, jika semuanya tersedia di pasar, sementara kebutuhannya banyak, maka kami tak bisa lagi menikmati untungnya.”
Meski demikian, Singgih mengatakan bahwa tidak semua suku cadang tersedia di pasar. “Ada komponen-komponen spesifik yang hanya bisa disuplai oleh pabrikan Power Plus. Komponen-komponen seperti ini yang wajib kami sediakan, sehingga pelanggan tidak kesulitan saat unit mereka menghadapi masalah,” ujarnya.
Untuk memancing minat pelanggan, Jaya Trade menawarkan garansi fantastis, bisa sampai tiga tahun, tetapi tergantung pada kasusnya.
Sebagai pendatang baru, Singgih mengakui Jaya Trade harus bekerja keras untuk terus memperkenalkan produk-produk ini ke pasar. Menurutnya, mobile crane lebih mudah diterima pasar karena makin banyak yang menggunakannya, terutama oleh perusahaan-perusahaan rental. Perusahaan ini juga cukup terbantu dengan kebutuhan anak-anak perusahaan lain dalam grupnya, seperti Jaya Beton yang sudah membeli mobile crane Power Plus. Dia berharap, jenis-jenis produk PowerPlus yang lain akan ikut terdongkrak. @
