Equipment APP.
back to top
Friday, November 7, 2025
spot_img
More
    HomeTop NewsEmpat Perusahaan Rental Alat Berat Papan Atas Jepang Tempuh Cara Berbeda dalam...

    Empat Perusahaan Rental Alat Berat Papan Atas Jepang Tempuh Cara Berbeda dalam Dekarbonisasi

    Empat perusahaan rental alat berat terbesar Jepang, yaitu Aktio, Kanamoto, Nishio Rent All, dan Nikken mengumumkan rencana mereka dalam membantu negara itu mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca (Greenhouse gas) hingga 46% pada 2030 sejak 2013 lalu.

    Namun, dari keempat pebisnis rental itu, hanya Kanamoto yang sudah mempublikasikan target nyata tentang pengurangan emisi karbon.

    Mengutip laporan khl.com (20/11/2024), perusahaan ini memaparkan berbagai langkah nyata dan inisiatif dalam mendukung pengurangan karbon dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

    Sementara Aktio Holdings Corp (Aktio), perusahaan rental besar lainnya di Jepang, sudah melakukan sejumlah langkah terukur dalam mengurangi emisi yang mencemari lingkungan. Cara yang dilakukannya adalah dengan memilih mesin-mesin yang dapat mengurang emisi.

    Untuk ini, perusahaan ini bekerja sama dengan pihak manufaktur dalam pengembangan bersama lighting tower yang menggunakan baterai yang dayanya dapat diisi ulang.

    Aktio menyewakan berbagai mesin yang ramah lingkungan seperti generator biodiesel, alat-alat transportasi yang menggunakan panel solar (tenaga matahari), dan sistem penyimpanan energi.

    Perusahaan ini juga memulai menyewakan mini excavator Takeuchi yang digerakkan oleh baterai, TB20e, pada November tahun ini. Selain itu, Aktio memiliki Hutan Aktio di Yamanashi Jepang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

    Adapun Nishio Holdings, pemegang saham utama perusahaan rental Jepang, Nishio Rent All, mengungkapkan bahwa mereka memiliki cara tersendiri dalam mempromosikan transisi kepada masyarakat yang terdekarbonisasi.

    Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan fokus pada modul-modul bangunan yang terbuat dari kayu dan melakukan elektrifikasi pada mesin-mesin konstruksi.

    Perusahaan ini mencatat bahwa meskipun hutan mampu menyerap karbondioksida dari atmosfer, tetapi karbon tetap terperangkap pada modul-modul yang digunakan pada fasilitas-fasilitas pergudangan.

    Baca Juga :  Volvo Trucks Luncurkan Volvo Selected, Platform Baru untuk Beli Truk Bekas

    Karena itu, perusahaan ini melakukan sejumlah upaya dekarbonisasi. Di antaranya adalah dalam tiga tahun ke depan, Nishio Rent All akan menambah 250 unit mesin elektrik pada daftar fleet yang mereka miliki.

    Mereka juga mendukung penggunaan mesin-mesin elektrik dengan cara meningkatkan kapasitas pada fasilitas pengisian daya yang mereka miliki sehingga mampu mengisi daya untuk 100 unit mesin.

    Nishio Rent All mengungkapkan bahwa mereka juga akan mengadopsi Task Force on Climate Related Financial Disclosures (TCFD) dalam rencana bisnis tiga tahun ke depan. Ini sedang mereka jalani hingga September 2026 nanti.

    Pelanggan butuh dukungan

    Kanamoto mungkin menjadi sebuah perusahaan rental yang paling maju dalam mencapai tujuan keberlanjutan dibandingkan dengan tiga perusahaan rental besar Jepang lainnya.

    Pasalnya isu keberlanjutan mendapat tempat utama dalam laporan tahunan perusahaan ini. Ditambah lagi berbagai inisiatif yang dilakukan dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

    Kanamoto juga sudah menetapkan target-target bisnis pada emisi Scope 1 dan Scope 2. Masing-masing Scope ditarget dapat mengurangi emisi hingga 50% pada 2030 terhitung dari garis batas pada 2013.

    Perusahaan ini juga melakukan program pergantian fleet hingga 3.000 unit. Mesin-mesin yang ada saat ini dan tidak ramah lingkungan digantikan dengan mesin-mesin yang sudah sesuai aturan emisi mesin terbaru.

    Perusahaan ini optimistis, dengan investasi seperti itu, maka proses operasional melalui alokasi kendaraan dan inisiatif-inisiatif Digital Transformation (DX) dapat meningkatkan dekarbonisasi secara pasti.

    Meski demikian, Presiden Kanamoto, Tetsuo Kanamoto, dalam wawancaranya dengan IRN (International Rental News) mengakui bahwa persentase mesin-mesin elektrik yang dimiliki perusahaannya masih tergolong rendah. Namun, ini bukan tanpa alasan.

    Pasalnya, banyak pelanggan di Jepang yang tidak ingin membayar lebih untuk mesin-mesin yang menggunakan tenaga alternatif. Meski kondisi pasar Jepang seperti itu, dia bertekad untuk terus meningkatkan jumlah mesin-mesin elektrik.

    Baca Juga :  Merger Mitsubishi Fuso dan Hino Ciptakan Raksasa Kendaraan Komersial Baru

    Sementara itu, Nikken menempuh pendekatan berbeda dalam menjalankan program dekarbonisasi. Perusahaan yang merupakan Anak usaha Mitsubishi Corp ini menggunakan program carbon offset dalam membantu pelanggan mereka mencapai net zero carbon emissions.

    Untuk itu, pada Juni 2024, Nikken bekerja sama dengan perusahaan teknologi cuaca Jepang, Sustineri. Keduanya meluncurkan program offset karbon dalam membantu para pelanggan Nikken mengurangi emisi karbon.

    Dengan inisiatif tersebut, ketika para pelanggan mengembalikan mesin yang disewa, mereka bisa membuat laporan berapa banyak bahan bakar yang sudah mereka habiskan, dengan menggunakan program offsetting karbon yang dibuat oleh Sustineri, sesuai dengan anggaran dan target dekarbonisasinya.

    Lalu berdasarkan laporan tersebut, para pelanggan Nikken ini akan mendapatkan sertifikat sebagai bukti bahwa mereka telah melakukan upaya dekarbonisasi guna mewujudkan rencana Pemerintah Jepang melakukan carbon neutral (netral karbon). Pada Oktober 2020 silam, Jepang sudah menetapkan bahwa negara itu sudah mewujudkan masyarakat netral karbon pada 2050 nanti.

    Pada April 2021 lalu, Pemerintah Jepang sudah bertekad mengurangi emisi GHG hingga 46 persen pada 2030 terhitung sejak 2013. Jumlah ini mengalami kenaikan signifikan dari hanya pengurangan sebesar 26 persen pada penetapan sebelumnya.

    Menurut data terbaru dari Emissions Database for Global Atmospheric Research (EDGAR) dari Komisi Eropa, Jepang sudah berhasil memangkas emisi GHG hingga 27,1% menjadi 1.041 miliar ton pada 2023 dari posisi 1.428 miliar ton pada 2013.

    Kemudian, dalam satu dekade terakhir, penghasil emisi GHG utama Jepang adalah pembangkit tenaga listrik dan pemanas. Angkanya mencapai 38,4%. Diikuti oleh transportasi jalan raya (18,9%), serta sektor manufaktur dan konstruksi yang menyumbang emisi GHG sebesar 15%. ***

    Sumber: khl.com

    RELATED ARTICLES

    Most Popular

    Recent Comments