Mencari Celah Pasar bagi Heavy Duty Tyres
Krisis berkepanjangan di sektor pertambangan mengancam kelangsungan bisnis ban jenis heavy duty. Permintaan ban di ceruk pasar itu makin menciut, sehingga memaksa para supplier berpaling ke pasar lain yang lebih menjanjikan. Padahal, usaha pertambangan merupakan pasar utama produk-produk itu selama ini.
Gejolak itu mulai menjalar sejak sekitar tiga tahun lalu ketika kegiatan penambangan batu bara makin menurun sebagai dampak dari kejatuhan harga dari komoditas itu. Hingga kini krisis di industri batu bara belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, sehingga memaksa sebagian besar operator-operator tambang, terutama yang menengah ke bawah, mengurangi dan/atau bahkan menghentikan kegiatan mereka. Belakangan kondisi pasar tersebut diperparah lagi oleh kebijakan hilirisasi mineral yang diberlakukan sejak awal tahun 2014 ini.
Menghadapi kondisi pasar yang kian runyam itu, beberapa pemain ban heavy duty mengubah strategi mereka. Alih-alih bertahan di ceruk yang tidak tentu bilamana gejolak itu berakhir, mereka banting stir ke segmen pasar yang sedikit berbeda. Mereka tentu tidak meninggalkan sama sekali pasar yang menjadi spesialisasi mereka selama ini, tetapi untuk sementara belum menjadi prioritas mereka.
Demikian kesimpulan dari hasil perbincangan Majalah Equipment dengan beberapa pemain ban heavy duty yang ditemui di pameran Tyre & Rubber 2014 yang berlangsung di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, 19-21 Maret 2014. Eksibisi tersebut merupakan salah satu bagian dari rangkaian pameran tahunan yang diselenggarakan oleh PT. Global Expo Management (GEM).
PT. Berkat Internusa yang menjadi importir sekaligus agen tunggal ban bermerk Toyomoto, misalnya, memasarkan berbagai varian ban di setiap kelas. Penjualan produk Toyomoto di Indonesia selama ini difokuskan pada pasar truk dan bus serta di sektor pertambangan. Sementara di sektor lain seperti pertanian, perusahaan ini belum menggarapnya secara serius. Namun lesunya industri pertambangan membuat penjualan ban Toyomoto untuk pasar itu jeblok. “Kini penujualan kami lebih fokus ke pasar truk dan bus,” ujar Ricky P, Sales Supervisor PT. Berkat Internusa kepada Equipment.
Toyomoto, papar Ricky, merupakan ban berlisensi Jepang yang diproduksi di China. Sebagai ban yang masuk kelas premium, ia mengakui harga produk yang mereka ageni ini lebih mahal dibanding dengan ban-ban merk lain dari negeri tirai bambu itu.
Tetapi, ia menegaskan jika Toyomoto adalah ban dengan kualitas yang bersaing dengan merk-merk premium lain seperti CST. “Ban ini diproduksi di Cina lantaran pertimbangan cost yang lebih murah. Namun, kami bermain di segmen premium. Ban Toyomoto ini diproduksi dalam satu pabrik dengan ban Michelin di Cina,” terang Ricky meyakinkan. (bersambung)