Equipment APP.
back to top
Saturday, October 25, 2025
spot_img
More
    HomeAftermarketBerapa Lama Sampai Peralatan Baru Tiba?

    Berapa Lama Sampai Peralatan Baru Tiba?

    Ada sebuah pertanyaan besar di tengah merebaknya problem rantai pasokan di industri peralatan berat saat ini: Sampai berapa lama menunggu sampai peralatan baru tiba? 

    Proses produksi alat tambang di Komatsu Indonesia. Foto: EI

    Seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian setelah dampak pandemi Covid-19 kian pudar dan pemerintah semakin  melonggarkan protokol kesehatan, kebutuhan alat berat untuk berbagai industri terus meningkat. Salah satu industri nasional yang sedang mengalami booming adalah pertambangan batu bara. Harga komoditas itu tercatat menembus rekor tertinggi baru di level US$430 per ton pada awal Maret 2022. 

    Kenaikan harga batu bara yang sangat signifikan itu mestinya menjadi sumber keuntungan bagi suplier-suplier peralatan berat di Indonesia pada tahun ini, karena menjadi momentum bagi mereka untuk menggenjot penjualan.  Sebab, perusahaan-perusahaan tambang akan cenderung semakin terpacu untuk meningkatkan produksi mereka demi meraih cuan yang makin besar. Peningkatan produktivitas tidak mungkin tanpa mengandalkan investasi peralatan berat.

    Ketua HINABI, Jamalludin, mengatakan, tren kebutuhan pasar alat berat di Indonesia berfluktuasi yang dipengaruhi oleh kondisi harga komoditas utama dan aktivitas pembangunan infrastruktur. Ia mencontohkan kondisi saat ini saat batu bara menjadi komoditas primadona, kebutuhan peralatan tambang mengalami kenaikan signifikan.

    HINABI memasang target produksi alat berat di tahun ini hingga 10.000 unit atau setara dengan kapasitas penuh yang terpasang pada manufaktur alat berat Indonesia. Target produksi tersebut jauh lebih tinggi daripada realisasi produksi tahun 2021 yang sebanyak 6.740 unit, menurut Jamalludin.

    Hingga Maret 2022, menurut catatan HINABI, realisasi produksi alat berat anggotanya mencapai 2.113 unit, naik 49,11% dibanding realisasi produksi alat berat pada periode Januari – Maret 2021 sebanyak 1.417 unit. Dari segi komposisi, alat berat jenis hydraulic excavator masih mendominasi angka produksi alat berat dengan jumlah 1.814 unit atau setara 85,84% dari total produksi Januari-Maret 2022. Sekitar 14% sisanya terdiri atas produksi dozer sebanyak 205 unit, dump truck 65 unit, dan motor grader 29 unit.

    Baca Juga :  Kunjung Pabrik Sunward, Upaya Merawat Kesetiaan Pelanggan

    Hingga saat ini, permintaan alat berat dari sektor pertambangan meningkat karena tren harga komoditas yang sedang tinggi. Kontribusinya sebesar 39% dari total penjualan, dilanjutkan dengan 38% dari konstruksi, 13,5% dari kehutanan, dan 10% dari sektor agro.

    PT United Tractors Tbk, misalnya, penjualan alat beratnya melambung per Maret 2022 yang ditopang oleh sektor pertambangan, yang didorong oleh komoditas batubara dan nikel. Hal ini tercermin pada penjualan selama triwulan I/2022. Pada periode tersebut, penjualan ke sektor tambang masih mendominasi. Sebanyak 60 persen penjualan alat berat ditujukan ke sektor tambang. Disusul oleh penjualan ke sektor konstruksi sebesar 18 persen, penjualan ke sektor kehutanan sebesar 13 persen, dan penjualan ke sektor agribisnis sebesar 9 persen dari total penjualan.

    PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBEX) juga mencatat pencapaian positif pada tiga bulan pertama 2022. KOBEX membukukan lonjakan pertumbuhan Laba Bersih sebesar 295,58% atau mencapai US$3,94 juta pada triwulan I-2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$996,976. Pencapaian positif itu tidak lepas dari solidnya kinerja penjualan yang tumbuh 106,23%, dengan penjualan hingga akhir Maret tercatat US$46,52 juta dibandingkan US$22,56 juta pada triwulan I-2021 lalu.

    Penjualan secara konsolidasi tersebut ditopang oleh keempat segmen yang dimiliki perusahaan itu, yakni penjualan unit alat berat, suku cadang, jasa perbaikan & kontraktor tambang serta sewa. Penjualan unit alat berat tercatat US$38,14 juta, tumbuh 135%, tumbuh tertinggi dibandingkan segmen lainnya. Segmen ini juga tercatat sebagai kontributor terbesar (82%) bagi pendapatan KOBEX secara konsolidasi.

    Jamaludin mengakui saat ini permintaan alat berat sangat tinggi karena semua industri sedang tumbuh dengan pesat. Selain industri tambang batu bara dan nikel, industri infrastruktur juga akan memerlukan banyak alat konstruksi untuk mengejar target pembangunan pemerintah, seperti pembangunan ibukota negara baru di Kalimantan Timur dan berbagai proyek infrastruktur pemerintah. Usaha perkebunan kelapa sawit juga diperkirakan akan tumbuh makin pesat setelah Presiden Joko Widodo mencabut kembali larangan ekspor CPO baru-baru ini.

    Baca Juga :  Mengintip Cara Kerja “Tomra Visual Assist”

    Prospek positif berbagai industri tersebut, menggairah pasar peralatan berat. Saat ini suplier-suplier barang-barang modal itu kian gencar mempromosikan jenis-jenis alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan industri yang sedang booming. Salah satu  indikatornya adalah tingginya antusiasme mereka untuk mengambil bagian dalam beberapa kegiatan pameran yang akan berlangsung dalam tahun ini.

    PT Pamerindo Indonesia, misalnya, kembali menyelenggarakan pameran Mining Indonesia pada September nanti setelah mengalami jeda selama dua tahun. Konon, para peserta pameran ini sudah banyak antre, baik dari dalam negeri maupun dari manca negara. Acara-acara pameran tersebut  merupakan ajang terbaik untuk untuk mempertemukan para produsen dan/atau suplier (dealer) peralatan berat dengan para pelanggan.

    Namun, di balik animo luar biasa para peserta pameran maupun pengunjung, ada sebuah pertanyaan besar yang sangat mengusik setelah gemerlap pameran-pameran itu usai: Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman alat-alat baru yang sudah dipesan?

    Pertanyaan yang sangat menantang itu terkait erat dengan problem rantai pasok yang terbengkelai saat ini yang memicu delay produksi. Persoalan ini merupakan buntut dari kekacauan proses produksi pada masa puncak pandemi Covid-19 tempo hari. Akibatnya, produksi material, bahan baku, suku cadang, komponen hingga mesin terbengkelai. Ketika terjadi pemulihan dari pandemi dan kebutuhan alat mulai meningkat, para produsen kesulitan memenuhi kebutuhan pasar karena kendala rantai pasok, kekurangan tenaga kerja, kenaikan harga bahan dan masih banyak lagi persoalan lainnya – membuat hampir tidak mungkin untuk mengatakan dengan tepat berapa lama pembeli harus menunggu.

    Akibat krisis rantai pasok di pihak produsen alat berat, banyak dealer yang tidak bisa memprediksi  perkiraan waktu pengiriman. Bisa cepat dan bisa lebih lama, karena sangat bergantung pada kondisi yang berubah dengan cepat dan tidak terduga. Bisa saja pabrik sudah menyelesaikan produksi mesin, tetapi ada masalah di logistik – kesulitan untuk mendapatkan kapal. Jadi, kalau ditanya berapa lama waktu tunggunya, jawabannya bisa beberapa bulan ke depan bahkan hingga tahun depan. Hingga kini hampir semua pabrikan melaporkan tantangan-tantangan dalam mengirimkan peralatan kepada para dealer maupun pelanggan-pelanggan mereka.

    Baca Juga :  Apakah transaksi alat berat secara online makin ramai selama COVID-19?

    Menurut Ketua HINABI Jamalludin, produksi peralatan berat di Indonesia saat ini belum normal karena kalangan pabrikan masih terimbas oleh pandemi Covid-19. Rantai pasok berbagai suku cadang dan komponen masih tersendat sehingga menghambat kelancaran produksi unit-unit alat berat. Mesin-mesin yang sudah keluar dari jalur produksi pun belum bisa sampai dengan cepat di tangan para pelanggan karena  problem logistik dan delivery yang juga sedang mengalami disrupsi. Alhasil, sejak proses produksi hingga pengiriman semuannya mengalami delay.

    “Saat ini demand alat berat memang sangat tinggi, terutama di sektor pertambangan. Rencana produksi HINABI pada tahun 2022 sebanyak 10.000 unit. Namun demikian, kami terkendala oleh pasokan berbagai material baik impor maupun domestic. Hal ini bisa jadi karena semua industri naik,” terangnya kepada Equipment Indonesia.

    Apakah semua jenis alat yang diproduksi anggota-anggota HINABI terdampak atau hanya untuk tipe-tipe peralatan tertentu saja, Jamalludin mengatakan semua jenis yang diproduksi terhambat. “Tentunya semua jenis alat berat terganggu, karen memang pasokan komponen-komponennya terhalang.”

    Jamalludin menambahkan, sementara ini karena semua juga mengalami shortage, maka mau tidak mau pihaknya meminta kepada pemerintah untuk memprioritaskan industri dalam negeri, sehingga kami bisa optimal dalam memproduksi alat berat. “Ini cara terbaik supaya kebutuhan-kebutuhan alat para pelanggan dapat terpenuhi dengan cepat,” imbuhnya berharap. 

     

    RELATED ARTICLES

    Most Popular

    Recent Comments