PT Atlas Copco Nusantara menggeser fokus bisnisnya dari segmen tambang batubara ke tambang mineral, konstruksi, pengeboran sumur panas bumi dan sumur air. Mengapa?

Penampilan PT Atlas Copco Nusantara pada pameran Mining & Construction Indonesia 2015 di arena Jakarta International Expo Kemayoran beberapa waktu lalu memberikan kesan berbeda dari sebelumnya. Beragam jenis peralatan dipajang di booth yang cukup megah di area outdoor. Dua unit mesin bor andalannya mengawal pintu utama. Sementara di area tengah terpajang berbagai mata bor, spareparts dan aksesoris-aksesoris lainnya sesuai kebutuhan aplikasi customer.
“Kami hendak membangun brand awareness masyarakat Indonesia bahwa PT Atlas Copco Nusantara tidak hanya menyediakan mesin bor untuk aplikasi tambang batu bara dan mineral, tetapi juga mesin bor untuk pekerjaan konstruksi (tambang batu kapur, granit dan marmer), sumur gas dan sumur air,” urai Jess Kindler, Director PT Atlas Copco Nusantara, kepada Majalah Equipment mengenai targetnya berpartisipasi dalam pameran ini.

Jess bilang, kelesuan industri tambang batu bara belakangan ini menggerus pasar mesin-mesin bor PT Atlas Copco Nusantara. Kondisi itu memaksa perusahaan asal Swedia ini ntuk membidik pasar lain. “Kami sekarang lebih banyak menjual peralatan bor untuk tambang mineral (nikel, emas dan mineral lainnya), terutama untuk proyek-proyek baru, dan pekerjaan konstruksi (batu kapur, granit dan marmer).
Dia mencontohkan PowerROCK TR 50 dan T45 yang merupakan mesin bor khusus untuk pengeboran batu kapur, batu granit dan sejenisnya. Selain itu, PT Atlas Copco Nusantara menyediakan mesin pemotong batu marmer.
Jess menegaskan bahwa introduksi mesin-mesin bor baru tersebut memperlihatkan kepedulian PT Atlas Copco Nusantara pada upaya percepatan pengerjaan proyek-proyek infrastruktur dengan menggunakan teknologi-teknologi baru yang efektif dan efisien. “Kami merancang teknologi yang tepat untuk menangani proyek-proyek konstruksi itu,” ujarnya.
Atlas Copco Nusantara juga sudah menyiapkan alat untuk pengeboran sumur panas bumi dan sumur air. Mesin-mesin bornya, menurut Jess, sudah tersedia, dan kini sedang mencari sumber-sumber panas bumi dan air untuk dibor. Salah satu upaya yang dilakukan untuk membuka pasar bagi mesin-mesin bor ini adalah menjalin kerja sama dengan instansi-instansi terkait, terutama Kementerian ESDM.
Selama ini, kata Jess, porsi bisnis Atlas Copco Nusantara adalah 80 persen untuk bisnis batu bara di Kalimantan dan 20 persen untuk tambang emas di Sumbawa (Newmont). Namun, saat ini perusahaan ini sudah merambah segmen-segmen bisnis lain mulai dari tambang bawah tanah, konstruksi, pembuatan sumur, remanufacturing dan sebagainya.
“Dengan strategi diversifikasi bisnis seperti itu, Atlas Copco tetap eksis di tengah kelesuan ekonomi. Sebab kalau ada sektor yang lesu, masih ada sektor lain yang tetap jalan. Ini strategi Atlas Copco Pusat di Swedia,” imbuhnya.
Bisnis Reman

Saat ini PT Atlas Copco Nusantara memiliki beberapa bisnis di Indonesia. Selain menjual mesin-mesin bor, salah satu fokus bisnisnya belakangan ini adalah penyediaan suku cadang dan servis untuk mendukung operasi fleet (alat bor, mesin penggali dan truk).
Produk-produk aftermarket ini tidak hanya dijual kepada para pengguna mesin bor merk Atlas Copco, tetapi juga untuk mesin-mesin pesaing, seperti Cummins dan sebagainya.
Jess menuturkan, mulai tahun lalu, PT Atlas Copco Nusantara mengembangkan divisi bisnis baru, yaitu remanufacturing yang dirintis mulai tahun lalu. Perusahaan ini sudah membangun sebauh fasilitas remanufacturing di Balikpapan.
“Bisnis remanufacturing sangat bagus dalam situasi sepertisaat ini di mana harga batubara turun dan para kontraktor, termasuk pemilik alat, mencari jalan untuk menekan biaya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membeli suku cadang yang diremanufaktur,” kata Jess meyakinkan.
“Salah satu insentif yang kami tawarkan kepada customer adalah penggunaan suku cadang remanufacturing. Sebagai ganti suku cadang baru yang harganya mahal, mereka bisa menukar komponen-komponen lama mereka untuk kami remanufacturing dan biayanya 30 hingga 50 persen lebih murah daripada membeli baru.”
Divisi usaha lainnya disebut Allied Products, yang dikembangkan untuk mendukung berbagai sites di seluruh Indonesia dengan melakukan manajemen bahan bakar dan pelumas, termasuk fire suppression system, fuel tracking system, cling hidrolik dan beberapa produk lainnya. Bisnis ini merupakan hasil akuisisi PT Fluidcon Jaya beberapa tahun lalu.
Untuk menambah kenyamanan pelanggan-pelanggannya, Atlas Copco Nusantara sudah membangun fasilitas pengetesan suku cadang hidrolik di Balikpapan. Siapapun bisa memanfaatkan fasilitas ini.
PT Atlas Copco Nusantara baru-baru ini menerima penghargaan dari Kementerian Tenaga Kerja & Transmirgasi karena keberhasilan perusahaan ini mempertahankan Zero Accident dalam setiap aktivitasnya. Jess bilang, penghargaan ini sangat membanggakan, dan ia berkomitmen untuk terus menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan ramah lingkungan. @

